JAKARTA :Harga-harga di Indonesia naik pada tingkat paling lambat dalam hampir tiga tahun pada bulan September seiring dengan menurunnya laju inflasi harga pangan, sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter guna merangsang pertumbuhan ekonomi.
Inflasi tahunan mencapai 1,84 persen, Badan Pusat Statistik mengatakan pada hari Selasa. Itu merupakan angka terendah sejak November 2021, menurut data LSEG.
Angka tersebut dibandingkan dengan 2,12 persen pada bulan Agustus dan median estimasi analis sebesar 2,00 persen dalam jajak pendapat Reuters. Angka tersebut juga masih berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia sebesar 1,5 persen hingga 3,5 persen.
Harga bahan pangan merupakan kontributor terbesar terhadap angka inflasi namun tingkat pertumbuhannya turun menjadi 2,57 persen dibandingkan 3,39 persen pada bulan Agustus.
Inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan yang bergejolak serta harga yang dikendalikan pemerintah, adalah 2,09 persen dibandingkan 2,03 persen dalam jajak pendapat tersebut.
Pasokan bahan pangan yang melimpah dan kebijakan pemerintah menjaga stabilitas harga komoditas strategis akan memberikan banyak “ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya,” kata ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto.
BI kemungkinan akan menurunkan suku bunga kebijakannya menjadi 5,25 persen pada akhir tahun, kata Myrdal, dibandingkan 5,75 persen seperti perkiraan sebelumnya.
BI bulan lalu menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun untuk meningkatkan pertumbuhan di tengah lambatnya inflasi – sebesar 25 basis poin menjadi 6,00 persen – beberapa jam sebelum penurunan 50 basis poin di AS