JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan pemerintah harus meningkatkan penyerapan belanja negara, khususnya pada anggaran belanja produktif agar target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen pada 2024 dapat tercapai.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, belanja produktif seperti belanja infrastruktur harus tetap digenjot, seperti program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rumah (MBR) harus terus dijalankan.
“FLPP perlu dikembangkan dan tetap bisa jalan. Jadi perlu ada perhatian dari pemerintah agar kuota tidak bisa tercapai. Ada biaya yang perlu didorong,” ujarnya kepada awak media di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa, 16 Juli.
Dari sisi lain, Shinta mengatakan belanja daerah juga perlu ditingkatkan sehingga berdampak pada perekonomian daerah.
“Ini juga harus terus kita dorong seperti e-katalog, tapi belanja daerah ini juga harus terus diakselerasi karena ini jelas berdampak pada perekonomian daerah,” ujarnya.
Shinta menilai dengan kondisi perekonomian saat ini, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perlu diarahkan pada industri yang dapat menghasilkan produktivitas tinggi dan nilai tambah.
“Kami juga melihat ada dasar-dasar terkait bagaimana kita bisa lebih mengembangkan produktivitas melalui nilai tambah,” ujarnya.
Ia menegaskan, sangat penting untuk mendorong dari sisi penerimaan negara yang bersumber dari investasi dan ekspor guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
“Sangat penting untuk terus kita dorong, dari sisi penerimaan, yaitu dari sisi investasi dan ekspor. Artinya, dari sisi ekspor, kita harus pastikan bahwa kita memiliki iklim usaha yang kompetitif di dalam negeri untuk bisa lebih ditingkatkan lagi,” ujarnya.
Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian saat ini, kata Shinta, tidak hanya bisa dilihat dari sisi makroprudensial saja tetapi juga peningkatan produktivitas ekspor dan investasi untuk menambah pendapatan.
“Kita juga terus dorong ekspor, misalnya diversifikasi ekspor ke negara lain, itu perlu. Jadi selain fokus pada situasi yang penuh ketidakpastian, kita harus terus dorong ekspor dan investasi,” ujarnya.
Versi bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Arab, dan Prancis dibuat secara otomatis oleh AI. Jadi mungkin masih ada ketidakakuratan dalam penerjemahan, mohon selalu gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama kami. (sistem didukung oleh DigitalSiber.id)