Kinerja positif selama satu dekade dalam memastikan manfaat sosial melalui pembangunan – Ekonomi

Selama satu dekade terakhir, Indonesia telah berhasil mengintegrasikan pembangunan di berbagai sektor secara nasional, dan pemerintah memastikan bahwa agenda pembangunan berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Meskipun terdapat banyak tantangan mulai dari gejolak ekonomi global, ketegangan geopolitik dan pandemi hingga permasalahan iklim, pemerintah secara konsisten hadir dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Kebijakan pembangunan pada masa pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo adalah mewujudkan tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara serta mencapai visi Indonesia Emas 2045. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan berbangsa dan bernegara adalah melindungi segenap warga negara dan seluruh wilayah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa, dan ikut serta dalam menegakkan ketertiban dunia.

Berbagai kebijakan telah dilaksanakan agar Indonesia dapat masuk dalam lima besar perekonomian dunia, antara lain pengembangan sumber daya manusia yang unggul, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kesejahteraan yang lebih baik dan berkeadilan, serta ketahanan dan tata kelola nasional yang kuat dan berwibawa.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menjadi pembicara pada kuliah umum di Universitas Diponegoro pada 23 Oktober 2023 mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu alat penting bagi Indonesia untuk mencapai tujuannya.

“Salah satu instrumen yang penting adalah APBN, (bagian dari) keuangan negara, yang sering disebut dengan kebijakan fiskal karena merupakan salah satu instrumen negara untuk mencapai cita-cita tersebut,” kata Sri Mulyani.

Wahyu Utomo, Kepala Pusat Kebijakan APBN yang berada di bawah Badan Kebijakan Fiskal Kementerian, dalam acara media pada 25 September 2024 di Anyer, Banten, menggarisbawahi bahwa APBN merupakan instrumen fiskal untuk membantu merangsang perekonomian menuju pertumbuhan yang lebih tinggi.

Setiap hari Senin

Dengan wawancara eksklusif dan liputan mendalam mengenai isu-isu bisnis paling mendesak di kawasan ini, “Prospek” adalah sumber yang tepat untuk tetap menjadi yang terdepan dalam lanskap bisnis Indonesia yang berkembang pesat.

untuk mendaftar buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Buletin Lainnya

“Kalau pertumbuhan ekonomi tinggi, seharusnya kesejahteraan juga meningkat. Kesejahteraan (semakin tinggi) juga diharapkan semakin merata dan berkeadilan,” kata Wahyu.

Ia juga menegaskan, APBN yang sehat menjadi kunci efektif menstimulasi perekonomian dalam mendukung berbagai arah pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan. Pendapatan yang optimal, belanja yang berkualitas dan pembiayaan yang berkelanjutan merupakan bagian dari strategi mewujudkan APBN yang sehat dan berkelanjutan.

APBN yang sehat mendorong optimalisasi kebijakan fiskal dalam memenuhi tiga fungsi utamanya: alokasi, stabilisasi, dan distribusi. Melalui hal ini, APBN mendukung pembangunan dan membantu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekaligus mengurangi pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan.

Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi diperlukan dukungan belanja negara yang optimal dan efektif. Langkah-langkah untuk mewujudkan hal ini mencakup belanja barang yang lebih efisien, reformasi subsidi yang adil, belanja daerah yang lebih berkualitas menuju produktivitas dan efisiensi yang lebih besar, dan belanja modal yang terfokus untuk produktivitas yang lebih tinggi. Upaya mewujudkan belanja negara yang berkualitas dikenal dengan istilah “better belanja”.

“Belanja yang lebih baik sebenarnya merupakan upaya untuk memperkuat kualitas belanja, artinya jika belanja tersebut menghasilkan output yang berkualitas, maka bermanfaat bagi masyarakat dan perekonomian, dan juga (memperbaiki) kondisi perekonomian,” jelas Wahyu.

Belanja negara tumbuh rata-rata sebesar 6,83 persen pada tahun 2014-2024, dari alokasi sebesar Rp 1,78 triliun (US$114 miliar) pada tahun 2014 menjadi Rp 3,62 kuadriliun pada tahun 2024.

Belanja negara juga berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan menjaga inflasi. Selama lima dekade terakhir, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang stabil sekitar 5 persen, lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan global. Negara ini juga pulih lebih cepat dari pandemi COVID-19 dibandingkan perekonomian global.

Selama tiga tahun pandemi, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar minus 2,1 persen pada tahun 2020, kemudian kembali tumbuh positif sebesar 3,7 persen pada tahun 2021 dan kemudian terus menguat hingga mencapai 5,3 persen pada tahun 2022.

Sementara itu, tingkat inflasi juga dijaga dan dikendalikan untuk mendukung daya beli masyarakat pada kisaran moderat 2,5 persen, plus minus 1 persen, menurut Wahyu.

“Dalam APBN kita terdapat berbagai macam anggaran yang sangat strategis. Tujuannya untuk mendorong transformasi ekonomi (lancar dan efektif). Ada (anggaran) yang dinamis, ada yang akselerator, ada pula yang memungkinkan. Yang dinamis (satu) untuk kemanusiaan modal di bidang pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial,” jelasnya.

Wahyu juga mencatat, APBN pada tahun 2015 hingga 2023 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 4,01 kuadriliun untuk pengembangan sumber daya manusia unggul.

Peningkatan pemerataan akses terhadap layanan pendidikan yang berkualitas merupakan kunci peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia: manusia yang sehat, cerdas, terampil, berkarakter kuat, serta adaptif dan inovatif.

Sektor pendidikan Indonesia telah menunjukkan hasil yang baik dalam perkembangannya selama satu dekade terakhir, terutama dalam jumlah institusi pendidikan. Misalnya, jumlah sekolah dasar meningkat dalam 10 tahun terakhir dari 147.513 menjadi 148.758, sementara sekolah menengah pertama meningkat dari 36.518 menjadi 42.548 dan sekolah menengah atas bertambah dari 24.934 menjadi 28.697.

Selain itu, angka partisipasi kasar pada pendidikan tinggi mengalami peningkatan dari 25,76 persen pada tahun 2014 menjadi 31,45 persen pada tahun 2023.

Anggaran kesehatan meningkat antara tahun 2015 hingga 2023 hingga mencapai Rp 1,34 kuadriliun, termasuk Rp 293,7 triliun yang dialokasikan untuk penanganan darurat kesehatan COVID-19 pada tahun 2020 hingga 2022.

Kita juga bisa melihat dampaknya. Stunting turun menjadi 21,5 persen pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2013 yang masih 37,2 persen. Jumlah rumah sakit juga meningkat cukup signifikan dari 1.855 menjadi 2.636. Jumlah Puskesmas juga meningkat. meningkat dari 9.731 pada tahun 2014 menjadi 10.416 pada tahun 2023,” kata Wahyu mengutip data terkini.

Sementara itu, anggaran perlindungan sosial sebesar Rp 3,13 kuadriliun memberikan dampak positif selama satu dekade terakhir, terutama dalam menurunkan angka kemiskinan secara signifikan hingga mencapai kisaran satu digit.

Dari 11,25 persen pada tahun 2014, angka kemiskinan menurun menjadi 9,03 persen pada tahun 2024. Pada periode yang sama, tingkat ketimpangan juga turun dari 0,406 menjadi 0,379, sedangkan pengangguran menurun dari 5,9 persen menjadi 4,82 persen.

“Bahkan (angka) pengangguran saat ini sebesar 4,82 persen, jika kita melihat ke belakang, merupakan (tercatat) pengangguran terendah sepanjang sejarah,” kata Wahyu.

Pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing mencapai Rp 3,17 kuadriliun antara tahun 2015 dan 2023, lanjutnya, seraya mencatat bahwa jumlah jalan tol yang beroperasi meningkat tajam dari 879 kilometer pada tahun 2015 menjadi 2.817 km pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan konektivitas logistik yang lebih baik dan peningkatan distribusi. hasil pembangunan yang mendukung pertumbuhan perekonomian.

Disiplin fiskal merupakan cerminan kredibilitas Indonesia dan pengelolaan keuangan pemerintah yang bijaksana selama 10 tahun terakhir, bahkan di mata dunia internasional. Perekonomian Indonesia telah menjadi salah satu yang terbaik di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, inflasi yang stabil, dan defisit fiskal yang terkendali.

“Di tengah ketidakpastian, kita harus tetap disiplin fiskal. Caranya adalah dengan mengelola risiko,” kata Wahyu.

Pemerintah menerapkan disiplin fiskal yang ketat untuk memenuhi batas defisit APBN sebesar 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Defisit fiskal rata-rata mencapai 2,2 persen PDB selama dekade terakhir. Defisit fiskal sebesar 2,14 persen pada tahun 2014, dan sedikit meningkat menjadi 2,5 persen pada tahun-tahun berikutnya hingga pandemi ini merebak pada tahun 2020, kemudian meningkat tajam menjadi 6,14 persen untuk mengakomodasi upaya penanganan darurat COVID-19 dan dampak-dampak terkaitnya. sebagai program pemulihan ekonomi nasional.

Pada tahun 2021, defisit menurun menjadi 4,57 persen dan pada tahun 2022, defisit semakin menurun menjadi 2,38 persen, kembali ke tingkat yang berada dalam batasan yang diamanatkan sebesar 3 persen. Disertai dengan pembiayaan anggaran yang lebih efisien, keseimbangan primer juga turun secara signifikan mendekati tingkat sebelum pandemi dan pada tahun 2023, defisit kembali turun menjadi 1,61 persen.

Disiplin fiskal merupakan bagian dari kebijakan negara mengenai pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab dan terencana, yang memberikan banyak hasil positif bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia. Dengan mempraktikkan disiplin fiskal yang baik selama 10 tahun terakhir, pemerintah telah menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih stabil, berkelanjutan, dan adil yang memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat, sehingga Indonesia dapat terus membangun, merespons pandemi dan krisis, mengelola risiko dan ketidakpastian global, dan pada akhirnya, menumbuhkan perekonomian untuk masa depan.

Sumber: Kementerian Keuangan

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here