Presiden Prancis sebaliknya telah meminta Prancis untuk mempelajari politik parlementer dan seni negosiasi yang dipraktikkan di negara-negara Eropa lainnya, tetapi ketidakmampuannya untuk mengambil langkah mundur menghambat kemajuan, kata Weissberg.
“Presiden harus menunjukkan bahwa dia tidak punya solusi. Dia tidak mampu menunjukkan bahwa bola tidak ada di tangannya. Hanya dengan menunjukkan bahwa dia kalah, dia akan menang,” katanya.
Ketakutan meningkat di kalangan kaum sentris bahwa membiarkan kubu kiri membentuk pemerintahan akan memberikan terlalu banyak pengaruh kepada musuh bebuyutan Macron, Jean-Luc Mélenchon, pemimpin partai sayap kiri France Unbowed.
Hal ini juga berarti menyerahkan kekuasaan kepada kelompok politik yang telah bersumpah untuk menghancurkan salah satu pencapaian domestik Macron yang diperoleh dengan susah payah, yaitu reformasi pensiundan menerapkan kebijakan-kebijakan mahal lainnya yang akan meningkatkan biaya yang sudah dikeluarkan Perancis tingkat utang yang sangat tinggi dan mengadakan pertikaian dengan Brussels mengenai aturan pengeluaran.
“France Unbowed memiliki beberapa dekrit yang siap menghancurkan segalanya, dalam waktu 24 jam. Mereka sangat terorganisasi dengan baik,” kata sekutu Macron yang sama yang dikutip di atas.
Tetapi menolak mentah-mentah untuk memberikan kesempatan kepada kubu kiri untuk memerintah Prancis dapat merusak upaya jangka panjang Macron untuk membangun koalisi yang luas dari kubu kiri hingga kubu konservatif.
“Ini akan sangat sulit, (kaum kiri moderat) akan bersikukuh pada pendirian mereka. Beberapa kaum Sosialis akan bekerja sama dengan kami, tetapi mereka adalah tawanan dari kesepakatan politik (pan-kiri) mereka,” kata Weissberg, mantan anggota parlemen Renaissance.
“Semua orang akan bersikukuh pada pendirian mereka, membangun koalisi apa pun akan sulit,” katanya.
