Melampaui Tanda Bahaya: Membuka Potensi Pertumbuhan Inklusif di Indonesia – Akademisi

triwulan ketiga Indonesia menyajikan serangkaian permasalahan ekonomi kompleks yang memerlukan evaluasi cermat dan respons strategis. Perkiraan kami menunjukkan bahwa perekonomian negara ini akan tumbuh sebesar 4,93 persen pada kuartal ketiga, menandakan sedikit perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya.

Meskipun ada beberapa perkembangan positif, beberapa tanda bahaya menunjukkan adanya permasalahan lebih dalam yang perlu diatasi untuk mempertahankan pertumbuhan dan ekspansi.

Salah satu kekhawatiran utama pada kuartal ketiga tahun ini adalah berlanjutnya kontraksi pada sektor manufaktur. Indeks Manajer Pembelian (PMI) turun menjadi 48,9 pada bulan Agustus, menandakan penurunan dua bulan berturut-turut. Tren penurunan ini telah terlihat sejak bulan Juni, yang menunjukkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi sektor ini bukan bersifat sementara melainkan menunjukkan adanya permasalahan yang bersifat sistemik.

Penurunan PMI mencerminkan beberapa faktor: meningkatnya biaya input, depresiasi rupiah, dan berkurangnya pesanan ekspor. Melemahnya nilai tukar rupiah telah membuat bahan baku impor menjadi lebih mahal, menekan margin keuntungan produsen dan memaksa banyak produsen untuk mengurangi produksinya, sehingga memperburuk perlambatan ekonomi. Selain itu, ketidakpastian perekonomian global dan melemahnya permintaan telah membatasi potensi pertumbuhan ekspor.

Kontraksi di bidang manufaktur signifikan bagi perekonomian yang lebih luas. Sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia, sektor ini menyediakan lapangan kerja, mendukung rantai pasokan, dan memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB). Penurunan yang berkelanjutan dapat mengakibatkan hilangnya lapangan kerja, berkurangnya pendapatan rumah tangga, dan semakin menurunnya belanja konsumen, sehingga menciptakan feedback loop yang memperparah kemerosotan ekonomi.

Kelas menengah, yang selama ini menjadi penggerak konsumsi domestik Indonesia, juga menunjukkan tanda-tanda ketegangan. Inflasi telah menurun menjadi 2,12 persen, yang mungkin tampak positif di permukaan, namun penurunan ini menunjukkan melemahnya permintaan konsumen dan menyoroti meningkatnya rasa ketidakamanan finansial di kalangan rumah tangga berpendapatan menengah. Pertumbuhan penjualan ritel tidak bergerak, mencerminkan bahwa rumah tangga menjadi lebih berhati-hati, memilih alternatif yang lebih terjangkau dan mengurangi belanja diskresi. Situasi ini menandakan ketidaksesuaian antara peningkatan kepercayaan konsumen (dibuktikan dengan kenaikan indeks menjadi 124,4 pada bulan Agustus) dan daya beli aktual.

Setiap hari Kamis

Baik Anda ingin memperluas wawasan atau terus mengetahui perkembangan terkini, “Viewpoint” adalah sumber sempurna bagi siapa pun yang ingin terlibat dengan isu-isu yang paling penting.

untuk mendaftar buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Buletin Lainnya

Salah satu akar permasalahan perjuangan kelas menengah adalah tertinggalnya kinerja sektor ekonomi formal. Ketika kesempatan kerja formal terhenti atau menjadi kurang aman, semakin banyak orang yang terpaksa masuk ke perekonomian informal, yang biasanya menawarkan upah lebih rendah dan tunjangan lebih sedikit.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here