Memetakan tantangan dan peluang di industri asuransi Indonesia – Perusahaan

Perekonomian Indonesia terus tumbuh stabil dari tahun ke tahun. Namun, pilar penting sistem keuangan, yaitu industri asuransi, masih menghadapi sejumlah tantangan. Meskipun ada kemajuan baru-baru ini, penetrasi dan kepadatan asuransi di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata global dan negara-negara tetangga. Rendahnya penyerapan ini menyebabkan sebagian besar penduduk rentan secara finansial saat menghadapi kejadian tak terduga seperti kecelakaan, penyakit, atau kerusakan properti.

Untuk mengungkap alasan di balik rendahnya pemanfaatan ini, diperlukan pengamatan yang lebih cermat terhadap kendala internal industri. Masalah kepercayaan publik yang berasal dari kasus-kasus salah urus di masa lalu dan proses klaim yang tidak jelas terus menghalangi calon nasabah. Selain itu, kurangnya literasi keuangan dapat membuat banyak orang Indonesia tidak menyadari berbagai produk asuransi yang tersedia dan potensi manfaatnya. Faktor-faktor ini, ditambah dengan inklusi keuangan yang rendah, tercermin dari terbatasnya aksesibilitas dan penawaran produk yang mungkin tidak memenuhi berbagai kebutuhan, menciptakan skenario di mana sebagian besar masyarakat tetap ragu-ragu atau tidak menyadari nilai yang dapat diberikan asuransi bagi kesejahteraan finansial mereka.

Berdasarkan data Bank Dunia, total aset Indonesia terhadap PDB di industri perasuransian pada tahun 2020 sebesar 4,6 persen, jauh di bawah rata-rata dunia yang sebesar 26,9 persen. Sebagai perbandingan, Singapura, Malaysia, dan Filipina masing-masing berada di angka 63,7 persen, 22,2 persen, dan 10,8 persen. Hingga akhir tahun 2023, total aset di industri perasuransian mencapai Rp 1.843 triliun, atau hanya 9 persen dari PDB Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ruang pertumbuhan yang signifikan di industri perasuransian.

Rasio total aset asuransi terhadap PDB yang lebih tinggi menandakan basis keuangan yang kuat bagi perusahaan asuransi, yang memungkinkan mereka menangani klaim besar, mempertahankan solvabilitas, dan menawarkan tarif yang kompetitif. Dengan aset yang lebih besar, perusahaan asuransi dapat menanggung berbagai risiko yang lebih luas, menawarkan opsi cakupan yang lebih luas bagi individu dan bisnis, sehingga mendorong lingkungan manajemen risiko yang lebih kuat di negara ini.

Kunci untuk membuka potensi industri ini terletak pada peningkatan penetrasi asuransi dan kepadatan asuransi. Tingkat penetrasi yang lebih tinggi menunjukkan ekosistem asuransi yang lebih kuat, di mana sebagian besar penduduk terlindungi secara finansial terhadap kejadian yang tidak terduga. Sementara itu, kepadatan asuransi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan asuransi mengumpulkan lebih banyak premi dari setiap orang, sehingga memberikan cakupan dan manfaat yang relatif lebih luas bagi pemegang asuransi.

Menurut Swiss Re, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 1,4 persen, di bawah rata-rata dunia yang sebesar 6,8 persen. Data dari ASEAN Insurance Council Report juga menggambarkan tingkat penetrasi asuransi Indonesia pada tahun 2022 sebesar 1,4 persen, di bawah rata-rata ASEAN sebesar 3 persen, dipimpin oleh Singapura dengan tingkat penetrasi sebesar 8,9 persen. Lebih lanjut, kepadatan asuransi di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan Swiss Re, kepadatan asuransi Indonesia pada tahun 2022 sebesar $68, jauh di bawah rata-rata dunia sebesar $853. Negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand masing-masing memiliki kepadatan sebesar $7.563, $592 dan $369.

Setiap Senin

Dengan wawancara eksklusif dan liputan mendalam tentang berbagai isu bisnis paling mendesak di kawasan ini, “Prospects” adalah sumber informasi terpercaya untuk tetap menjadi yang terdepan dalam lanskap bisnis Indonesia yang terus berkembang pesat.

untuk berlangganan buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Lebih Banyak Buletin

Angka-angka ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki potensi signifikan untuk memberi manfaat bagi industri asuransi secara keseluruhan, baik bagi pemegang asuransi maupun bisnis.

Sumber