Mempercepat pertumbuhan produktivitas Indonesia 2045

Aspirasi INDONESIA untuk Indonesia Emas 2045 menuntut agar negara ini masuk dalam kategori berpendapatan tinggi sebelum republik ini memperingati seratus tahun kemerdekaannya pada tahun 2045.

Hal ini mengharuskan negara untuk tumbuh sekitar 6% hingga 7% setiap tahun selama dua dekade berikutnya, sehingga perekonomiannya berlipat ganda dalam 10 tahun dan menjadi empat kali lebih besar pada tahun 2045.

Sasaran Indonesia untuk tahun 2045 adalah produk domestik bruto (PDB) nominal hampir US$10 triliun dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita US$30.300 dan kontribusi manufaktur sebesar 28%.

Dengan asumsi tidak terjadi peristiwa “angsa hitam” seperti krisis keuangan global atau insiden geopolitik besar, pertumbuhan Indonesia mungkin terjadi jika negara ini meningkatkan produktivitas di bidang-bidang yang dapat menyediakan sumber pertumbuhan tersebut.

Dalam sebuah kutipan terkenal, ekonom Paul Krugman berkata, “Produktivitas bukanlah segalanya, tetapi hampir segalanya dalam jangka panjang.”

Hal ini berlaku juga untuk strategi ekonomi Indonesia. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memiliki Rencana Jangka Panjang Nasional, RPJPN 2025-2045, yang mencantumkan area prioritas umum untuk pertumbuhan jangka panjang.

Artikel ini menekankan tiga sumber utama pertumbuhan yang merupakan bagian integral dari strategi ekonomi Indonesia: ekonomi biru, manufaktur, dan pembangunan perkotaan.

Memahami potensi sektor-sektor ini dan cara untuk memacu produktivitas di dalamnya sangat penting bagi masa depan ekonomi Indonesia.

Pertama, ekonomi biru: Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 108.000 km garis pantai, dengan peluang di bidang sumber daya hayati dan nonhayati laut, industri, pariwisata, transportasi, dan logistik. Meskipun memiliki potensi ini, perikanan laut, pengolahan hasil laut, dan akuakultur masih tertinggal dari negara-negara maju lainnya.

Di bidang akuakultur pada tahun 2022, berdasarkan data Observatory of Economic Complexity, Indonesia menempati posisi keempat sebagai pengekspor udang dan udang galah (US$786 juta), setelah Thailand (US$854 juta), China (US$1,08 miliar), dan Vietnam (US$1,75 miliar).

Rumput laut juga penting di Indonesia, dengan lebih dari 250.000 ton ekspor.

Koalisi Rumput Laut Aman, sebuah kelompok penelitian dan industri, mengatakan bahwa panen rumput laut dapat tumbuh 15 kali lipat pada tahun 2050.

Untuk produk laut, teknologi dapat diadopsi untuk meningkatkan produktivitas, seperti otomatisasi dan robotika, pemrosesan bertekanan tinggi, Individual Quick Frozen, dan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau wilayah laut dan sistem kesehatan laut.

Seperti yang ditunjukkan laporan Bappenas/OECD tahun 2021 tentang ekonomi biru, sumber pertumbuhan langsung adalah percepatan nilai tambah di sektor tradisional (kehidupan laut, non-kehidupan laut, industri, pariwisata, perdagangan, transportasi, dan logistik) dan sektor-sektor yang sedang berkembang (energi terbarukan, bioekonomi, dan bioteknologi).

Ekonomi biru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ketika nilai tambah diciptakan pada sumber daya laut secara lebih inklusif dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, sebagai mesin pertumbuhan, ekonomi biru adalah tentang menciptakan nilai tambah dari sumber daya laut, bukan hanya menjual bahan mentah dan bernilai tambah rendah.

Teknologi dan inovasi harus menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah dengan menghasilkan produk baru dan memperpanjang rantai nilai negara.

Kedua, peran manufaktur: Menurut laporan tahun 2023 oleh Badan Pusat Statistik, PDB Indonesia hampir 13% pertanian, 18% industri manufaktur – dan sisanya terdiri dari pertambangan, konstruksi, listrik dan gas, air, dan hampir 43% jasa.

Tidak ada negara yang mencapai status berpendapatan tinggi tanpa manufaktur, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman Asia, dengan Jepang, Korea Selatan, Cina, dan negara-negara lain seperti Singapura mengandalkan penelitian dan pengembangan serta sektor pemrosesan tinggi untuk menambah nilai pada manufaktur.

Namun, mempromosikan manufaktur di negara-negara berkembang lebih kompleks daripada di masa lalu karena persaingan dari negara-negara berpenghasilan tinggi dan Tiongkok, yang mendominasi sektor hulu dan hilir, dan karena manufaktur saat ini membutuhkan teknologi canggih dan digitalisasi.

Manufaktur adalah kuncinya

Manufaktur, yang tidak hanya mencakup mesin dan robot tetapi juga proses produk pertanian dan perluasan layanan dengan produksi barang, sangat penting di Indonesia untuk menambah nilai pada produk pertanian dan kelautan.

Manufaktur juga memiliki potensi untuk meningkatkan skala laba, karena memungkinkan pertanian dan jasa untuk meningkatkan produktivitas dan nilai serta menciptakan ruang daya saing dan pengetahuan dalam perekonomian dengan siklus pertumbuhan yang baik.

Ketiga, pengembangan perkotaan: Lebih dari 82% penduduk Indonesia akan tinggal di kota pada tahun 2045, menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi.

Tata letak kota merupakan pusat produktivitas dan berkontribusi terhadap pertumbuhan PDB untuk manufaktur dan jasa, karena konektivitas transportasi yang baik mengurangi waktu perjalanan, memfasilitasi akses ke pekerjaan dan integrasi rantai nilai dan rantai pasokan, serta mengurangi waktu produksi dan distribusi.

Kota-kota di Indonesia tidak beroperasi pada tingkat maksimal karena hanya dua kota yang berukuran optimal.

Selain itu, persentase keuntungan (peningkatan produktivitas) jika kota-kota beroperasi pada ukuran optimal adalah sekitar 75,4%; ini berarti bahwa dengan menghubungkan kota-kota kecil dan berintegrasi dengan aglomerasi yang lebih besar, produktivitas perkotaan secara keseluruhan dapat ditingkatkan dan menjadi sumber pertumbuhan secara bertahap hingga tahun 2045 dan seterusnya.

Studi lain menunjukkan bahwa penciptaan klaster produktif di luar Jawa dengan infrastruktur yang diperlukan seperti listrik, pelabuhan, dan jalan akan terus meningkatkan produktivitas.

Dekonsentrasi Jawa dan penciptaan kawasan pengembangan baru, termasuk ibu kota baru yang direncanakan, Nusantara, akan memungkinkan kota-kota menengah untuk mengintegrasikan aglomerasi pinggiran kota baru ke dalam pusat dan pasar yang produktif.

Efek agregat dari penyediaan infrastruktur dan penerapan kebijakan industri teritorial akan menjadi sumber pertumbuhan tambahan yang cukup besar.

Apa kunci utama untuk memicu produktivitas tinggi di ketiga bidang tersebut? Yaitu teknik dan sains dasar. Untuk ekonomi biru, pertanyaannya adalah teknologi apa yang digunakan oleh negara-negara yang menghasilkan nilai lebih tinggi.

Untuk manufaktur, selain investasi dan perdagangan asing, pertanyaannya adalah: Apakah produsen lokal mampu menyerap teknologi baru?

Apakah perusahaan siap untuk meningkatkan nilai dan produktivitas, memperbaiki proses produksi, dan menciptakan industri baru?

Untuk pengembangan kota, pertanyaannya adalah: Apakah ada keahlian dalam penggunaan data geospasial dan AI untuk analisis spasial? Apakah para ekonom dan perencana perkotaan bekerja sama untuk mengintegrasikan perencanaan kota dengan proses produksi?

Karena teknologi mutakhir, termasuk AI, diterapkan secara global untuk meningkatkan nilai di bidang pertanian, manufaktur, pengolahan produk laut, dan pengembangan kota, Indonesia harus mempercepat penyerapan teknologi tersebut.

Teknologi canggih terutama dikembangkan di negara-negara berpenghasilan tinggi, sehingga membangun jaringan dan platform untuk berbagi pengetahuan teknik dan sains dasar sangat penting untuk kebijakan bernilai tinggi.

Pertumbuhan produktivitas akan efektif jika Indonesia menempatkan dirinya sebagai penerima dan kontributor pengetahuan global.

Target ambisius Indonesia untuk tahun 2045 masih terbuka dan memungkinkan, dengan pertumbuhan yang didorong oleh produktivitas sebagai model yang tepat bagi perekonomian. — The Jakarta Post/ANN

Marco Kamiya adalah perwakilan United Nations Industrial Development Organisation untuk Indonesia dan Timor Leste. Amalia Adininggar Widyasanti adalah deputi urusan ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Pandangan yang diungkapkan di sini adalah pandangan penulis sendiri.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here