Ukuran teks
Menteri Luar Negeri Indonesia pada hari Kamis mengecam keengganan junta Myanmar untuk terlibat dalam rencana perdamaian regional untuk menyelesaikan krisis yang dipicu oleh kudeta tahun 2021.
Retno Marsudi menyampaikan hal tersebut usai bertemu dengan mitranya dari Singapura di sela-sela pertemuan menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di ibu kota Laos, Vientiane.
Beberapa minggu setelah merebut kekuasaan, junta militer menyetujui rencana perdamaian lima poin dengan ASEAN, yang kemudian diabaikannya karena junta militer terus menindak perbedaan pendapat dan memerangi oposisi bersenjata terhadap kekuasaannya.
“Kami sependapat tentang minimnya komitmen junta militer Myanmar untuk melaksanakan 5PC (konsensus lima poin),” tulis Marsudi di akun X miliknya.
Baik Singapura maupun Indonesia mengkritik perebutan kekuasaan oleh junta, yang telah memecah blok ASEAN yang beranggotakan 10 orang.
ASEAN, di mana Myanmar menjadi salah satu anggotanya, telah memimpin upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis tersebut tetapi hanya membuat sedikit kemajuan.
Junta telah dilarang menghadiri pertemuan tingkat tinggi ASEAN.
Sebelumnya, negara itu menolak mengirim “perwakilan non-politik” untuk hadir, tetapi dua birokrat senior mewakili Myanmar dalam pembicaraan di Vientiane.
Kesiapan militer untuk kembali terlibat dalam diplomasi merupakan tanda “melemahnya posisi mereka”, kata seorang diplomat Asia Tenggara kepada AFP yang tidak mau disebutkan namanya.
Para jenderal Myanmar belum melancarkan serangan balik berarti menyusul serangan kelompok etnis bersenjata pada bulan Oktober yang merebut sebagian besar wilayah di sepanjang perbatasan dengan China.
Kerugian tersebut memicu kritik publik yang jarang terjadi terhadap kepemimpinan puncaknya.
Para menteri luar negeri tengah berjuang untuk menyepakati posisi bersama mengenai Myanmar untuk komunike pertemuan tersebut, kata sumber diplomatik kepada AFP.
“Myanmar belum terselesaikan tetapi kami hampir sampai,” kata sumber itu, yang meminta identitasnya dirahasiakan untuk berbicara kepada media.
Sebuah rancangan komunike ASEAN yang dilihat oleh AFP mengatakan para menteri “mengutuk keras” kekerasan yang terus berlanjut.
Krisis ini telah memecah blok tersebut, dengan Indonesia, Malaysia, dan Filipina menyerukan tindakan lebih keras terhadap junta.
Thailand telah mengadakan pembicaraan bilateral dengan para jenderal dan pemimpin demokrasi yang ditahan Aung San Suu Kyi.
srg/rma/sn