Oleh Gayatri Suroyo dan Bernadette Christina
JAKARTA (Reuters) – Pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin sedikit melambat menjadi 5% pada kuartal kedua dan otoritas sedang memantau perkembangan geopolitik yang dapat memengaruhi ekonomi domestik, kata menteri keuangannya pada hari Jumat.
Menteri Sri Mulyani Indrawati mengatakan konsumsi rumah tangga, investasi, dan peningkatan ekspor kemungkinan menjadi pendorong pertumbuhan pada kuartal April-Juni. Angka tersebut hanya akan menunjukkan sedikit perlambatan dari pertumbuhan tahunan ekonomi Asia Tenggara sebesar 5,11% yang tercatat pada kuartal pertama.
“Ke depannya, kami melihat peningkatan aktivitas ekonomi domestik akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2024,” ujarnya. “Dari sisi fiskal, pelaksanaan anggaran 2024, khususnya di sisi belanja, akan difokuskan pada upaya menjaga stabilitas harga.”
Sepanjang tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada kisaran 5% hingga 5,2%, ujarnya.
Estimasi menteri untuk kuartal kedua ini sejalan dengan perkiraan dalam jajak pendapat Reuters terhadap 24 ekonom, yang menunjukkan penurunan ekspor dan dampak pelemahan suku bunga tinggi terhadap konsumsi sebagai faktor yang membebani pertumbuhan. Data tersebut akan dirilis pada hari Senin.
Dalam konferensi pers bersama pejabat lainnya, Sri Mulyani mengatakan otoritas keuangan membahas perkembangan geopolitik untuk mengantisipasi risiko yang dapat memengaruhi perekonomian Indonesia, termasuk ketegangan di Timur Tengah, perang di Ukraina, dan pemilu di negara lain.
Ia mengatakan risiko-risiko ini, serta ketidakpastian global mengenai waktu pelonggaran moneter AS, rencana utang Washington, dan kurva imbal hasil Treasury, akan membatasi arus masuk modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Berbicara pada acara yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa meskipun inflasi yang rendah menciptakan ruang untuk penurunan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir, bank sentral belum dapat memangkas suku bunga karena fokus pada mitigasi dampak limpahan risiko global terhadap nilai tukar rupiah.
BI sebelumnya mengantisipasi Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga pada bulan Desember, tetapi pertemuannya minggu ini menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September, kata Warjiyo.
Warjiyo sebelumnya mengatakan BI mungkin memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga pada kuartal keempat, setelah ketidakpastian global mereda