MUMBAI, India – Seorang suster termasuk di antara sembilan orang yang tewas setelah gunung berapi meletus di Indonesia bagian timur pada Senin dini hari.
Suster Misionaris Roh Kudus Nikolin Padjo meninggal setelah Gunung Lewotobi Laki-laki, yang terletak di Pulau Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, mengeluarkan lava api dan bebatuan di kota-kota terdekat.
Suster Julie George dari kongregasi komunitas yang sama di Mumbai menceritakan Intinya dia menerima pesan dari saudara perempuannya di Indonesia.
“Tadi malam di provinsi Flores Timur terjadi letusan gunung berapi dan rumah formasi kami, dan daerah sekitarnya terkena dampak parah. Rumah postulat kami hancur total. Tokoh masyarakatnya meninggal, dan para postulan berhasil diselamatkan,” demikian isi pesan tersebut.
Uskup Antonius Subianto Benjamin adalah Presiden Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
“Kami sangat berduka atas meninggalnya Suster tercinta akibat meletusnya Gunung Lewotobi. Kami atas nama KWI menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Suster Nikolin Padjo. Semoga beliau beristirahat dengan tenang,” ujarnya. Intinya.
Agusta Palma, kepala Yayasan Saint Gabriel yang mengawasi biara-biara di pulau itu, mengatakan kepada The Guardian Wali satu biarawati masih hilang.
“Para biarawati kami lari panik di bawah hujan abu vulkanik dalam kegelapan,” kata Palma.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Indonesia mengatakan kebakaran “terjadi di kawasan pemukiman akibat lontaran material pijar” dari gunung berapi.
Hadi Wijaya, juru bicara PVMG, mengatakan kepada wartawan lahar dan batu api menghantam desa-desa sekitar dua mil dari kawah, merusak rumah-rumah warga.
Pulau Flores adalah salah satu Kepulauan Sunda Kecil, dan pulau ini hampir 85 persen penduduknya beragama Katolik – mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Pihak berwenang mengatakan lebih dari 2.400 penduduk desa telah mengungsi ke tempat penampungan darurat setelah letusan hari Senin.
“Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mengevakuasi penduduk desa dengan menyiapkan truk dan sepeda motor agar mereka dapat mengungsi kapan saja,” kata Kensius Didimus, kepala badan bencana setempat, menurut Independen.