Paus dan Imam Besar Bertemu di 'Terowongan Persahabatan'

Paus Fransiskus memulai lawatan bersejarahnya di Asia dengan membuat janji resmi bersama imam besar masjid terbesar di Asia Tenggara untuk mengambil sikap bersatu menentang kekerasan agama dan perusakan lingkungan.

Inisiatif baru tersebut, yang diberi nama Deklarasi Istiqlal berdasarkan nama masjid tempat ia didirikan, ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Nasaruddin Umar dalam sebuah pertemuan di ibu kota Indonesia, Jakarta.

Puncak pertemuan itu adalah 'Terowongan Persahabatan', sebuah lorong yang menghubungkan masjid dengan katedral Katolik di dekatnya, simbol komitmen Indonesia terhadap kebebasan beragama.

Deklarasi Istiqlal menyerukan kerukunan umat beragama dan tindakan segera untuk melindungi lingkungan. Deklarasi ini menegaskan bahwa agama tidak boleh digunakan untuk membenarkan kekerasan, sebaliknya agama harus bekerja sama untuk menyelesaikan konflik dan menegakkan martabat manusia.

Ia juga membahas krisis iklim yang berkembang, menyalahkan tindakan manusia atas kerusakan lingkungan yang dahsyat.

Paus Fransiskus di Indonesia
Paus Fransiskus, didampingi Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, kiri, dan Imam Besar Nasaruddin Umar, kanan, memberkati “Terowongan Persahabatan” yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Katedral Katolik…


Gregorio Borgia/AP

Bunyinya: “Eksploitasi manusia terhadap alam telah menyebabkan perubahan iklim. Krisis lingkungan yang sedang berlangsung ini telah menjadi hambatan bagi hidup berdampingan secara harmonis antar manusia.”

Ini adalah kunjungan pertama seorang Paus ke negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia sejak Yohanes Paulus II pada tahun 1989.

Paus berusia 87 tahun itu juga bertemu dengan perwakilan enam agama resmi di Indonesia: Islam, Buddha, Konghucu, Hindu, Katolik, dan Protestan.

Pertemuan dengan Imam Umar diawali dengan Kayla Nur Syahwa, seorang remaja tuna netra asal Indonesia, yang melantunkan ayat-ayat Al-Quran tentang toleransi. Dalam pertemuan tersebut, Francis dan Umar saling bertukar shalawat.

Saat Fransiskus bersiap pergi dengan kursi rodanya, Umar berlutut dan mencium kepalanya, sebuah isyarat yang dibalas Fransiskus dengan menggenggam tangan Umar dan menempelkannya di pipinya.

Paus Fransiskus di Indonesia
Imam Besar Nasaruddin Umar, kanan, mendengarkan Paus Fransiskus, setelah menandatangani “Deklarasi Bersama Istiqlal 2024” di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis, 5 September 2024.

Gregorio Borgia/AP

Paus Fransiskus menekankan peran berbagai agama dalam mempromosikan perdamaian. “Kita semua memiliki peran untuk membantu setiap orang melewati lorong-lorong kehidupan dengan mata kita tertuju pada cahaya,” katanya.

Imam Umar mengingatkan hadirin tentang sejarah inklusif Masjid Istiqlal, dengan mencatat bahwa masjid tersebut dirancang oleh seorang arsitek Kristen dan berfungsi sebagai tempat pendidikan dan komunitas bagi semua orang, apa pun keyakinannya.

Meskipun umat Katolik hanya sekitar 3 persen dari 275 juta penduduk Indonesia, negara ini merupakan rumah bagi seminari Katolik terbesar di dunia dan tetap menjadi sumber penting pendeta dan biarawati bagi gereja global.

“Kami berharap dan percaya bahwa kemanusiaan itu satu, sehingga siapa pun bisa masuk dan mendapat manfaat,” katanya.

Kunjungan Fransiskus ke Indonesia terjadi pada saat negara tersebut menghadapi meningkatnya insiden intoleransi beragama.

Amnesty International melaporkan 123 kasus diskriminasi agama dari Januari 2021 hingga Juli 2024, termasuk serangan terhadap tempat ibadah dan komunitas agama.

Fransiskus akan mengakhiri kunjungannya ke Indonesia dengan sebuah misa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, yang diperkirakan akan dihadiri sekitar 60.000 orang.

Pada hari Jumat, ia akan melanjutkan perjalanannya ke Papua Nugini, diikuti dengan perhentian di Timor Timur dan Singapura, saat ia menyelesaikan salah satu perjalanan terpanjang dalam masa kepausannya.

Artikel ini memuat laporan dari The Associated Press

Sumber