Ukuran teks
Paus Fransiskus meninggalkan Indonesia menuju Papua Nugini pada hari Jumat dalam perjalanan kedua dari lawatan berat selama 12 hari di Asia-Pasifik, setelah menyampaikan pesan persatuan agama di negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia itu.
Pria berusia 87 tahun itu tampak bugar dan tersenyum selama kunjungan tiga harinya meskipun jadwalnya padat dan cuaca panas, memimpin misa pada hari Kamis yang dihadiri lebih dari 80.000 orang di sebuah stadion sepak bola.
Upacara pelepasan resmi dengan pengawalan kehormatan diadakan di bandara internasional Jakarta, tempat pesawat kepausan lepas landas menuju ibu kota Papua Nugini, Port Moresby tak lama setelah pukul 10.30 waktu setempat (03.30 GMT).
Dia akan mendarat di sana pada malam hari dan jadwal resminya tidak ada rencana acara lain untuk sisa hari itu.
Ribuan warga Indonesia menunggu di luar misi diplomatik Vatikan di Jakarta, berteriak dan mencoba untuk melihat sekilas Paus saat ia berangkat ke bandara.
Di ibu kota Indonesia, Fransiskus juga menandatangani deklarasi dengan imam besar masjid terbesar di Asia Tenggara yang menyerukan tindakan melawan kekerasan yang diilhami agama dan perubahan iklim.
Ia akan tinggal hingga 9 September di Papua Nugini, negara multietnis di Pasifik yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, sebagian besar Protestan.
Bekas koloni Australia yang berpenduduk sembilan juta jiwa ini, dikunjungi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1984 dan 1995, kerap dilanda kekerasan suku dan pada bulan Januari terjadi kerusuhan mematikan akibat protes antipemerintah terhadap pemotongan upah.
Fransiskus juga dapat memperbarui seruannya untuk perlindungan lingkungan yang lebih besar, di negara yang telah mencatat penggundulan hutan yang luas dalam beberapa dekade terakhir dan telah dilanda bencana alam.
Dalam perjalanan satu hari ke Vanimo, sebuah kota di barat laut Papua Nugini yang berpenduduk 10.000 jiwa, ia diharapkan fokus pada penyebaran agama Kristen melalui penginjilan.
Pada hari Senin ia akan melakukan perjalanan ke Timor Timur dan kemudian Singapura, di mana ia akan menyelesaikan perjalanan terpanjang dan terjauh dari 11 tahun kepausannya.
cmk-jfx/rubah