Paus Fransiskus, Berjuang Melawan Penyakit, Memulai Pengembaraan Bersejarah di Asia

Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada hari Selasa dalam rangka memulai lawatannya ke Asia.

Setelah penerbangan semalaman dari Roma, Paus didorong keluar pesawat dengan kursi rodanya di Jakarta.

Indonesia adalah tempat perhentian pertama dalam perjalanan melelahkan bagi pria berusia 87 tahun itu yang juga akan membawanya ke Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura.

Paus berharap dapat meningkatkan kerukunan antaragama antara umat Katolik dan Muslim di negara tersebut.

Paus
Paus Fransiskus disambut oleh Menteri Agama Indonesia Yaqut Cholil Qoumas, tengah, segera setelah mendarat di Bandara Internasional Jakarta Soekarno Hatta, Selasa, 3 September 2024.

Gregorio Borgia/AP

Kekhawatiran mengenai kesehatan Paus telah meningkat sejak Paskah, ketika ia memilih untuk melewatkan membaca homili pada menit terakhir pada Misa Minggu Palma yang diadakan di Lapangan Santo Petrus.

Paus disambut di bandara Jakarta oleh dua anak yang mengenakan pakaian tradisional yang menyerahkan kepadanya buket sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, dan bunga.

Fransiskus kemudian akan bertemu dengan sekelompok pengungsi, migran dan orang sakit di kediaman Vatikan di Jakarta pada Selasa malam.

Pada hari Rabu kami akan mengunjungi para pemimpin politik negara ini dan mengadakan pertemuan dengan pendeta Indonesia yang membantu mendorong pertumbuhan Gereja Katolik di Asia.

Presiden Indonesia Joko Widodo menyambut kedatangan Paus Fransiskus dengan mengatakan dalam pernyataan siaran bahwa “Indonesia dan Vatikan memiliki komitmen yang sama untuk membina perdamaian dan persaudaraan, serta menjamin kesejahteraan umat manusia.”

Pada hari Kamis, Paus akan berpartisipasi dalam pertemuan lintas agama di masjid Istiqlal Jakarta dengan perwakilan dari enam agama yang diakui secara resmi di Indonesia: Islam, Buddha, Konghucu, Hindu, Katolik, dan Protestan.

Masjid ini merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara, dan terletak di seberang katedral Katolik utama ibu kota, Our Lady of Assumption, cukup dekat sehingga azan dapat didengar selama Misa.

Kedua bangunan tersebut dihubungkan oleh “Terowongan Persahabatan” bawah tanah yang akan dikunjungi Fransiskus bersama imam besar, Nasaruddin Umar, sebelum mereka menandatangani deklarasi bersama.

Ribuan orang diperkirakan akan menghadiri acara Fransiskus minggu ini, termasuk Misa pada Kamis sore di stadion utama Jakarta yang diperkirakan akan menarik sekitar 60.000 orang.

“Ini merupakan sebuah kebahagiaan bagi negara kami, khususnya bagi kami umat Katolik,” kata Elisabeth Damanik, seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun di luar Misa yang dihadiri banyak orang pada hari Minggu di Our Lady of the Assumption.

“Semoga kunjungan Paus dapat membangun toleransi beragama di negara kita tercinta, Indonesia.”

Ada juga harapan bahwa Fransiskus, yang dikenal karena advokasi lingkungannya, akan berbicara tentang masalah polusi udara di Jakarta, yang disebabkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara, gas buang kendaraan, pembakaran sampah, dan pabrik.

Polusi udara Jakarta secara teratur tercatat delapan hingga sembilan kali melebihi batas Organisasi Kesehatan Dunia.

“Polusi di Jakarta sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Itulah sebabnya kehadiran Paus dapat memberikan manfaat dalam pembahasan isu lingkungan,” kata pekerja pemerintah Erik Sebastian Naibaho, 26 tahun.

Paus Fransiskus tidak menghadiri sejumlah acara Paskah tahun ini, termasuk prosesi Jalan Salib Jumat Agung di Roma.

Dia melewatkan upacara tersebut untuk “menjaga kesehatannya,” menurut Vatikan, dalam pengumuman yang dibuat dalam posting Telegram hanya lima menit sebelum prosesi.

Pada awal bulan Maret, Paus membutuhkan seorang pembantu untuk membaca dua pidato yang seharusnya dia sampaikan karena dia menderita bronkitis.

Sebelumnya, pada tanggal 24 Februari, ia membatalkan beberapa acaranya karena apa yang dikatakan Vatikan digambarkan sebagai flu ringan yang kemudian membuatnya dibawa ke rumah sakit untuk menjalani tes.

Namun, pemimpin Katolik tersebut menepis anggapan untuk mengundurkan diri dari jabatan kepausan seperti pendahulunya, Paus Benediktus XVI, yang menjadi pertama yang melakukan hal ini dalam hampir 600 tahun berusia 85 tahun.

Artikel ini memuat laporan dari The Associated Press

Sumber