Paus Fransiskus rayakan misa bersama 100.000 umat di Indonesia

Lebih dari 100.000 jamaah berpartisipasi dalam perayaan Misa yang diselenggarakan Paus Fransiskus di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia, pada hari Kamis. Bapa Suci mendorong umat Katolik di negara itu untuk selalu mendengarkan sabda Tuhan, terutama di saat-saat lelah, kecewa, dan gagal.

Saat memasuki stadion dengan kursi roda, Paus Fransiskus langsung disambut sorak sorai dan seruan “Viva Papa!” dari sekitar 60.000 orang yang berkumpul untuk Misa yang dirayakan dalam bahasa Latin dan Bahasa Indonesia.

Karena ingin sekali bertemu Paus yang telah menempuh perjalanan lebih dari 7.000 mil untuk bersama mereka di negara asal, sekitar 40.000 jemaah Indonesia lainnya tidak mendapatkan tempat duduk di dalam Stadion Utama Gelora Bung Karno, sehingga mereka mencari tempat di dalam stadion di sebelahnya dan area sekitar di dalam kompleks olahraga utama.

Merenungkan bab kelima Injil Lukas, yang menggambarkan pertemuan pertama antara Petrus dan Yesus di Danau Genesaret, Paus mengatakan bahwa seorang murid Yesus perlu terlebih dahulu mendengarkan dan menyambut sabda Tuhan.

“Janganlah kita lupa bahwa tugas pertama seorang murid — dan kita semua adalah murid — bukanlah mengenakan religiusitas yang tampak sempurna, melakukan hal-hal yang luar biasa atau terlibat dalam usaha-usaha yang muluk-muluk. Tidak! Langkah pertama adalah mengetahui cara mendengarkan satu-satunya firman yang menyelamatkan — firman Yesus,” katanya pada hari ketiga perjalanan kerasulannya yang ke-45 ke Asia Tenggara dan Oseania.

Umat ​​Katolik merayakan Misa Kepausan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Kamis, 5 September 2024. Kredit: Daniel Ibáñez/CNA
Umat ​​Katolik merayakan Misa Kepausan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Kamis, 5 September 2024. Kredit: Daniel Ibáñez/CNA

Dalam homilinya, Paus Fransiskus mengatakan bahwa manusia lapar dan haus akan sabda Tuhan dan bahwa “hati manusia selalu mencari kebenaran yang dapat memberi makan dan memuaskan keinginannya untuk bahagia” bahkan di masa-masa kegelapan, kebingungan, atau kekeringan rohani.

“Petrus telah tiba di pantai setelah melewati malam yang sulit dan tidak menangkap apa pun. Ia lelah, ia marah, ia kecewa,” kata Bapa Suci. “Namun, alih-alih tetap lumpuh karena kekosongan itu, atau terhalang oleh kegagalannya sendiri, ia berkata, 'Guru, telah bekerja sepanjang malam tetapi tidak menangkap apa pun, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.'”

Mengacu pada kesaksian dan contoh dari St. Teresa dari Kalkuta, yang hari rayanya jatuh pada tanggal 5 September, Bapa Suci mengatakan bahwa kelelahan dan kekosongan yang mungkin dirasakan oleh para pengikut Yesus di saat-saat gagal — seperti yang dialami oleh Paus pertama, St. Petrus — bukanlah alasan untuk putus asa atau kehilangan harapan.

“St. Teresa dari Kalkuta, yang kenangannya kita rayakan hari ini dan yang tanpa lelah peduli pada orang-orang termiskin di antara yang miskin dan menjadi promotor perdamaian dan dialog, biasa berkata, 'Ketika kita tidak punya apa-apa untuk diberikan, marilah kita memberikan apa-apa itu,'” katanya kepada mereka yang berkumpul dalam Misa.

Saat matahari terbenam di atas stadion menjelang akhir liturgi, selebran utama, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, Uskup Agung Jakarta, berterima kasih kepada Bapa Suci karena telah melakukan ziarah ke Indonesia untuk memberkati umat Katolik di negara tersebut serta mereka yang menganut agama lain.

“Ziarah Anda tentu melelahkan, tetapi Anda tetap datang untuk mengunjungi kami, memberkati kami dan negara kami. Tidak hanya umat Katolik, tetapi juga saudara-saudari kita dari agama lain bersukacita atas kunjungan Anda,” kata kardinal itu kepada Paus Fransiskus.

Umat ​​beribadat dalam Misa Kepausan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Kamis, 5 September 2024. Kredit: Daniel Ibáñez/CNA
Umat ​​beribadat dalam Misa Kepausan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Kamis, 5 September 2024. Kredit: Daniel Ibáñez/CNA

Mengacu pada tema yang dipilih dalam kunjungan Paus ke Indonesia, yakni “Iman, Persaudaraan, dan Belas Kasih,” Surharyo mengatakan Gereja setempat ingin memenuhi keinginan Paus untuk hidup sebagai saudara dan saudari, khususnya terhadap mereka yang lemah, miskin, terpinggirkan, cacat, atau menderita.

“Dengan dukungan berkat dan doa Anda sekalian (semoga kita) semakin beriman dan bertekun dalam mengikuti Yesus, yang telah berkeliling melakukan kebaikan untuk kemuliaan Tuhan, untuk kebaikan bangsa kita dan seluruh umat manusia,” katanya sebelum menerima piala dari Bapa Suci dalam rangka memperingati kunjungan Paus ke Indonesia.

Pada Kamis pagi, Paus Fransiskus juga bertemu dengan para penerima manfaat dari berbagai organisasi amal di kantor pusat Konferensi Waligereja Indonesia di ibu kota negara tersebut. Ia mengingatkan mereka yang berkumpul bahwa masing-masing dari mereka “adalah anggota Gereja yang paling berharga” yang memiliki kontribusi khusus untuk diberikan kepada Gereja universal, dunia, dan keluarga mereka.

(Cerita berlanjut di bawah)

Berlangganan buletin harian kami



Sumber