22 Juli 2024
JAKARTA – Pemerintah telah menegaskan kembali rencana BYD untuk membangun pabrik kendaraan listrik (EV) di Indonesia setelah produsen mobil China itu menyelesaikan pembangunan fasilitas Asia Tenggara pertamanya di Thailand.
Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Perhubungan dan Infrastruktur pada Kantor Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengatakan BYD berkewajiban membangun pabrik di dalam negeri sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No. 79/2023, dan pemerintah telah menerapkan mekanisme untuk memastikan BYD menindaklanjuti komitmennya.
“Bukan hanya janji-janji saja, kami pegang jaminan (perusahaan) di bank,” ujarnya kepada The Jakarta Post pada 15 Juli.
BYD membuka pabrik EV regional pertamanya di Thailand pada tanggal 4 Juli, sekitar dua tahun setelah mengumumkan rencananya untuk membangun pabrik di negara tersebut sebagai bagian dari gelombang investasi EV China yang bernilai lebih dari US$1,44 miliar, dibantu oleh subsidi dan insentif pajak dari pemerintah Thailand.
Baca juga: BYD asal Tiongkok buka pabrik kendaraan listrik di Thailand, pertama di Asia Tenggara
Pembuat kendaraan listrik asal China itu juga berencana membangun pabrik di Vietnam, tetapi mitra lokalnya mengatakan pada bulan Maret bahwa kemajuan telah melambat karena pasar kendaraan listrik yang tertinggal.
Rachmat juga meyakinkan bahwa pemerintah telah belajar dari inisiatif Thailand.
Peraturan presiden tahun 2023 memberikan insentif pajak, termasuk pembebasan bea masuk dan pajak barang mewah, kepada produsen kendaraan listrik yang memenuhi syarat hingga tahun 2025. Skema ini memungkinkan produsen mobil asing untuk mengimpor mobil jadi (CBU) sehingga mereka dapat memperkenalkan produknya ke pasar Indonesia sebelum meningkatkan produksi dalam negeri.
Pemerintah juga telah melonggarkan persyaratan kandungan lokal bagi produsen mobil listrik untuk memenuhi minimal 40 persen komponen bersumber dalam negeri dengan memperpanjang jangka waktu dari sebelumnya 2023 menjadi 2026.
“Namun, perusahaan-perusahaan ini harus memproduksi mobil dalam jumlah yang sama di dalam negeri (dibandingkan impor) hingga 2027,” kata Rachmat, seraya menggarisbawahi bahwa mesin dan baterai mobil buatan lokal akan memiliki kualitas yang sama, jika tidak lebih baik.
Untuk memastikan produsen kendaraan listrik menepati janjinya, pemerintah mengharuskan deposit setara dengan 72,5 persen dari nilai mobil impor berdasarkan biaya, asuransi, dan pengiriman (CIF).
Sebelumnya pada bulan Maret, Rachmat mengatakan bank dapat mencairkan jaminan investasi produsen mobil sebanding dengan jumlah mobil yang belum diproduksi pada akhir tahun 2027, Bloomberg Technoz melaporkan.
Ia juga menjelaskan bahwa hanya sejumlah kecil mobil CBU impor yang akan mendapat manfaat dari skema tersebut selama periode awal, dan bahwa potensi perpanjangan akan bergantung pada investasi yang terealisasi.
Baca juga: Indonesia melonggarkan aturan pajak impor kendaraan listrik untuk menarik investasi
Hingga Juni, hanya BYD dan produsen mobil Prancis Citroën yang memenuhi syarat untuk pengecualian bea masuk dan pajak barang mewah, menurut Kementerian Perindustrian.
Sementara itu, BYD mengatakan kepada Pos pada hari Sabtu bahwa pembangunan pabriknya di Subang, Jawa Barat, seperti yang diumumkan pada bulan Januari.
Ketika ditanya bagaimana fasilitasnya di Indonesia mungkin berbeda dari pabriknya di Thailand, produsen mobil itu mengatakan model yang diproduksi di dalam negeri akan didasarkan pada preferensi pelanggan lokal. Ia juga menyebutkan beberapa tantangan, termasuk pasar kendaraan listrik yang lebih kompetitif dan kurangnya infrastruktur pengisian daya di Indonesia.
Angka grosir EV nasional, atau penjualan langsung dari pabrik ke dealer, berjumlah 11.940 unit dalam enam bulan pertama tahun 2024, naik dari 5.845 unit pada periode yang sama tahun lalu, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Presiden Direktur Citroën Tan Kim Piauw mengatakan pada hari Kamis bahwa perusahaan dijadwalkan untuk mulai memproduksi massal SUV listrik e-C3 pada bulan Agustus di pabrik perakitan Indomobil Group di Purwakarta, Jawa Barat.
“Kalau produksi dalam negeri sudah mulai (…) impor CBU bisa kita hentikan 100 persen,” kata Tan di sela-sela Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang berlangsung hingga 28 Juli di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Tangerang, Banten.
Sementara itu, produsen mobil China Chery, yang memasarkan Omoda E5 dengan baterai litium besi fosfat (LFP), berencana untuk menggunakan baterai EV buatan lokal pada tahun 2026.
Baterai berkontribusi antara 30 dan 40 persen dari total nilai mobil listrik, dan pengadaan komponen di dalam negeri dapat membantu perusahaan mematuhi kebijakan konten lokal.
“Chery memang berencana untuk menggunakan baterai lokal di masa mendatang. Namun, kami belum menentukan pemasoknya,” kata Marketing Head Chery Sales Indonesia M. Ilham Pratama, seperti dikutip dari laman resmi Chery, Kamis (15/7). Bisnis.com.