Menurut ulama NU Nadirsyah Hosen, program kunjungan ulama Indonesia ke Israel telah berjalan bertahun-tahun tetapi cenderung menimbulkan kontroversi setiap kali perjalanan tersebut dipublikasikan.
Misalnya, pada tahun 2018, tokoh NU terkemuka Yahya Cholil Staquf dikritik karena bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia adalah ketua umum NU saat ini setelah terpilih menduduki jabatan tersebut pada tahun 2021.
Kunjungan terakhir kelima aktivis tersebut dikatakan dilakukan dalam kapasitas pribadi, tetapi NU dan para pemimpin Islam di Indonesia mengatakan mereka seharusnya lebih tahu.
Meskipun mereka diundang secara pribadi melalui jaringan alumni Harvard untuk tujuan akademis dan startup, menurut Dr Nadirsyah, afiliasi mereka dengan NU akan menjadi alasan utama mereka diundang.
“Jika mereka hanya 'aktivis dan cendekiawan', saya yakin mereka tidak akan diundang bertemu presiden. Justru karena mereka warga NU, mereka diundang,” tulis Dr Nadirsyah, yang juga merupakan profesor madya di Melbourne Law School, di akun Instagram miliknya.
Ia berpendapat, para pemimpin dan anggota NU seharusnya menolak undangan seperti itu selama konflik di Gaza berlangsung.
“Satu-satunya pihak yang diuntungkan (dari program kunjungan ini) adalah Israel dengan kunjungan dari NU,” katanya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebuah badan ulama Islam terkemuka di negara ini, mengatakan pihaknya “sangat (menyesalkan)” kunjungan tersebut pada saat puluhan ribu warga Palestina telah dibunuh oleh Israel.
Ketua NU Syafi Alielha mengatakan pertemuan itu menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap kondisi geopolitik dan kebijakan NU, dan menambahkan bahwa pertemuan itu tidak mewakili organisasi.
“Kami tidak tahu apa tujuannya dan siapa yang mensponsorinya. Ini tindakan yang sangat disayangkan,” katanya dalam keterangan resmi yang dimuat di situs NU, Minggu (14/7).
Sekretaris Jenderal NU Saifullah Yusuf mengatakan keesokan harinya bahwa NU sedang mencari klarifikasi dan akan memanggil kelima aktivis tersebut untuk dimintai penjelasan.
Jika ditemukan melanggar salah satu prinsip organisasi, mereka dapat diberhentikan dari jabatannya di NU, katanya.
Unusia juga mengatakan akan mengadakan sidang etik terhadap Zainul dan mengatakan kunjungan kelompok tersebut telah merusak reputasinya. “Unusia sepenuhnya mendukung kemerdekaan Palestina dan mengutuk keras praktik genosida oleh Israel terhadap rakyat Palestina yang masih berlangsung,” kata universitas tersebut dalam sebuah pernyataan.
Didirikan pada tahun 1926, NU mengusung aliran Islam moderat dan memiliki sekitar 91,2 juta anggota, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Indonesia tahun 2019. Organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, memiliki sekitar 60 juta anggota.
Ini bukan pertama kalinya masalah terkait Israel memicu kemarahan di Indonesia di tengah perang di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.
Pada bulan April, Kementerian Luar Negeri Indonesia menolak laporan media yang menyatakan negara tersebut akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel sebagai imbalan atas keanggotaan di Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).