Jakarta. Kenaikan harga emas perhiasan menjadi pendorong utama inflasi Indonesia pada Oktober 2024, tercatat meningkat 0,08 persen dibandingkan September. Kenaikan harga dalam negeri sejalan dengan tren kenaikan harga emas internasional, sehingga menghentikan laju deflasi yang dimulai pada bulan Mei.
Secara year-on-year, inflasi mencapai 1,71 persen, dengan kenaikan year-to-date sebesar 0,81 persen, menurut Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti.
“Emas perhiasan yang termasuk dalam kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi terbesar pada Oktober dengan pangsa 0,06 persen,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat.
Amalia menjelaskan, pergerakan harga emas tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Secara historis, emas perhiasan mengalami deflasi sebanyak lima kali pada tahun 2022 dan tiga kali pada tahun 2023. Namun sejak September 2023 masih terus menunjukkan pertumbuhan inflasi dan mencapai puncaknya pada Oktober 2024.
Kenaikan harga emas global didorong oleh ketidakpastian perekonomian dan meningkatnya permintaan terhadap aset-aset aman di tengah volatilitas pasar.
Komoditas lain yang memberikan sumbangan inflasi pada bulan Oktober antara lain ayam broiler (0,04 persen), bawang merah (0,03 persen), tomat (0,02 persen), beras (0,02 persen), dan kopi bubuk (0,02 persen). Minyak goreng, rokok kretek mesin, dan telur ayam kampung masing-masing menyumbang 0,01 persen.
Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang menilai, dalam kondisi saat ini, kecil kemungkinan deflasi akan terulang kembali karena tidak adanya faktor pengurang harga yang signifikan. Ia menekankan perlunya kebijakan pemerintah untuk menjaga daya beli konsumen sehingga dapat mendukung stabilitas inflasi.
“Dengan inflasi yang rendah, kebijakan pemerintah sebaiknya fokus pada peningkatan daya beli dan pemberian stimulus, terutama pada sektor padat karya,” tambahnya.
Tag: Kata Kunci: