Pertanyaan tentang naturalisasi – Editorial

Keajaiban hampir terjadi lagi saat Indonesia mengejar impian lamanya untuk mencapai Piala Dunia sepak bola untuk pertama kalinya. Kali ini Indonesia nyaris mempermalukan tuan rumah Bahrain dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia Asia pada hari Kamis, yang membuat tim tuan rumah membutuhkan gol di menit-menit akhir di perpanjangan waktu untuk mendapatkan hasil imbang 2-2.

Ini adalah ketiga kalinya Indonesia, yang merupakan negara kecil di dunia sepak bola meski memiliki banyak talenta, mengejutkan lawan yang jauh lebih kuat. Skuad Indonesia telah menahan finalis reguler Piala Dunia Arab Saudi dan Australia masing-masing 1-1 dan 0-0, sebelum melampaui batas Bahrain.

Pencapaian tersebut di luar dugaan, mengingat kesenjangan peringkat dunia yang semakin lebar antara Indonesia dan ketiga rivalnya. Sebelum serangkaian kejutan, Bahrain mengalahkan Indonesia 10-0 di pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2012; Arab Saudi mengalahkan Indonesia dengan skor 6-0 dan 5-0 pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2003 dan Australia menang 4-0 atas Indonesia di Piala Asia pada bulan Januari tahun ini.

Perubahan mendadak dalam kinerja Indonesia berasal dari strategi naturalisasi yang diprakarsai oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di bawah ketuanya, Erick Thohir, yang merupakan seorang pengusaha sekaligus politisi dan saat ini menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara.

Kecintaan Erick terhadap sepak bola, dan olahraga secara umum, tidak diragukan lagi. Dia memiliki raksasa Italia Inter Milan dan klub Major League Soccer DC United, dan sekarang memiliki sebagian klub Kejuaraan Inggris Oxford. Jaringan sepak bola internasionalnya telah membantunya membangun tim nasional yang kuat yang diperkuat oleh pemain naturalisasi, sebagian besar dari Belanda, yang rutin berkompetisi di stadion Eropa dan Amerika.

Sebut saja, Maarten Paes, yang bermain untuk FC Dallas, adalah kiper pilihan nomor satu pelatih Shin Tae-yong, sementara Rafael Struick dan Ragnar Oratmangoen, yang mencetak gol Indonesia melawan Bahrain pada hari Kamis, bermain untuk klub Liga Australia Brisbane Roar dan tim liga utama Belgia Dender, masing-masing.

Setiap hari Kamis

Baik Anda ingin memperluas wawasan atau terus mengetahui perkembangan terkini, “Viewpoint” adalah sumber sempurna bagi siapa pun yang ingin terlibat dengan isu-isu yang paling penting.

untuk mendaftar buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Buletin Lainnya

Dampak dari pemain naturalisasi ini langsung terasa, karena Indonesia kini bisa menandingi tim besar di Asia. Tiga hasil imbang tersebut tentunya akan mendongkrak semangat Indonesia saat menghadapi pesaing lain di grup tersebut, Tiongkok pada 15 Oktober dan Jepang pada 15 November.

Dua tim teratas dari masing-masing grup pada babak kualifikasi ini akan melaju ke Piala Dunia 2026, yang akan diselenggarakan bersama oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Tim peringkat ketiga dan keempat akan berpeluang melaju dengan memainkan babak kualifikasi keempat.

Namun banyak yang mempertanyakan ketergantungan tim nasional terhadap pemain naturalisasinya. Seperti pada dua laga sebelumnya, pemain naturalisasi mendominasi starting lineup.

Sejauh ini PSSI sudah merekrut 14 pemain naturalisasi, dan masih ada dua lagi yang akan datang. Mengenakan seragam tim nasional kini menjadi lebih sulit bagi pemain lokal karena Shin dari Korea Selatan telah meningkatkan standarnya. Sekalipun mereka mendapat panggilan tugas internasional, mereka harus puas dengan status pemain pengganti.

Tentu saja, perjuangan untuk mendapatkan tempat di tim sekarang lebih sulit dari sebelumnya, dan ini merupakan hal yang baik karena hanya yang terbaik yang dapat bergabung. Namun di sisi lain, upaya jalan pintas tersebut justru semakin menegaskan kelemahan negara tersebut dalam mengembangkan sepak bola. Hal itu terlihat dari Indonesia harus menunggu selama 32 tahun untuk bisa kembali meraih medali emas sepak bola di SEA Games tahun lalu.

Kebijakan naturalisasi juga menimbulkan persoalan diskriminasi. Meskipun para pemain sepak bola membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk mendapatkan paspor Indonesia mereka, orang asing lainnya harus tinggal di negara tersebut selama lima tahun berturut-turut sebelum mereka dapat mengajukan permohonan kewarganegaraan Indonesia.

Keistimewaan tersebut tentu saja memunculkan dugaan bahwa para pemain naturalisasi tersebut tetap mempertahankan paspor lamanya, yang merupakan tindakan ilegal di Indonesia, meski Direktur Jenderal Imigrasi Silmy Karim membantah anggapan tersebut.

Yang kami tahu sejauh ini adalah jalan pintas tersebut telah menaikkan level tim nasional, namun kami masih belum mengetahui konsekuensi yang harus kami bayar.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here