Produksi kakao Indonesia diperkirakan menurun akibat dampak El Nino

JAKARTA, 25 Juli (Reuters) – Hasil kakao Indonesia akan turun lagi tahun ini akibat dampak pola cuaca El Nino tahun lalu yang masih berlangsung, kata asosiasi petani kakao pada hari Kamis.

Musim kemarau tahun lalu merupakan yang paling parah sejak 2019 karena fenomena El Nino berlangsung lebih lama dari biasanya, mengakibatkan kekeringan yang merugikan hasil panen, termasuk untuk kakao.

“Produksi masih terdampak El Nino tahun lalu meski beberapa areal perkebunan sudah mulai menghasilkan,” kata Arif Zamroni, Ketua Gabungan Petani Kakao.

Ia memperkirakan produksi tahun ini mencapai 230.000 metrik ton, turun dari produksi tahun lalu yang mencapai 315.000 ton.

“Kita masih dalam tahap pemulihan pasca El Nino melanda sejak Oktober tahun lalu, mungkin Juni sudah mulai stabil,” kata Arif.

Kementerian Perindustrian mengatakan produksi kakao negara itu turun 8,3% per tahun selama periode 2015-2023.

Untuk meningkatkan produksi, Indonesia berencana menggunakan dana dari pungutan ekspor minyak sawit untuk membiayai pengembangan sektor kakao dan kelapa.

Saat ini pemerintah sedang mengenakan pajak ekspor 0-15% terhadap biji kakao, yang akan dihimpun dan dikelola oleh Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS).

“Saya gembira mendengar hal ini, tetapi industri perlu memberikan dukungan jangka panjang kepada petani, di samping pendanaan agar berhasil dalam meningkatkan produksi,” kata Arif.

Tahun lalu, Indonesia merupakan eksportir produk kakao terbesar keempat di dunia, tetapi harus mengimpor 62% biji kakao yang dibutuhkan. (Laporan oleh Dewi Kurniawati, Penyuntingan oleh Mark Potter)



Sumber