Rencana Indonesia untuk Mencapai Net Zero pada Tahun 2060: Pengurangan Emisi Sebesar 93% dan Perluasan Energi Terbarukan

Gambar representasional. Kredit: Canva

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menegaskan ambisi Indonesia untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060, atau bahkan lebih cepat. Dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), menegaskan pemerintah menargetkan penurunan emisi hingga 93% dibandingkan dengan skenario Business as Usual (BaU).

“Kami berkomitmen untuk mengurangi emisi hingga 93% dan mengoptimalkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional,” kata Eniya. Kementerian telah mengembangkan peta jalan komprehensif menuju NZE 2060, yang menampilkan strategi seperti peningkatan efisiensi energi, elektrifikasi, dan transisi dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Rencana tersebut juga mencakup pengembangan sumber energi terbarukan seperti hidrogen dan amonia serta mengintegrasikan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS/CCUS).

jinko

Menurut Eniya, jalan menuju NZE 2060 menghadirkan dua tantangan penting. Tantangan pertama adalah mengurangi emisi dari pembangkit listrik yang ada, termasuk penghentian bertahap unit pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Tantangan kedua adalah meningkatkan kapasitas energi terbarukan untuk menggantikan bahan bakar fosil dan memenuhi perkiraan pertumbuhan permintaan tahunan sebesar 4%.

Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia berencana mengembangkan 367 gigawatt (GW) energi terbarukan pada tahun 2060. Ini termasuk 115 GW dari tenaga surya, 46 GW dari tenaga air, 41 GW dari amonia, dan 37 GW dari tenaga angin. Tidak akan ada pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang dibangun setelah tahun 2030, kecuali yang sudah dalam tahap pembangunan.

Eniya menyoroti pentingnya stabilitas jaringan listrik dengan masuknya energi terbarukan, dengan mencatat bahwa teknologi penyimpanan energi, seperti baterai, penyimpanan pompa, dan hidrogen hijau, sangat penting untuk mengelola transisi energi. Meskipun biaya tinggi dan tantangan teknis, Indonesia berada pada posisi yang tepat untuk mengembangkan sektor penyimpanan energi yang kuat karena sumber daya mineralnya yang melimpah dan permintaan yang terus meningkat.

“Penyimpanan energi sangat penting untuk mendukung transisi energi dan meningkatkan fleksibilitas jaringan,” Eniya menyimpulkan. “Potensi Indonesia dalam mengembangkan rantai nilai penyimpanan energi nasional sangat menjanjikan dan akan mendorong pertumbuhan pasar di masa mendatang.”

Sumber