Efisiensi energi sebagian besar diabaikan dalam upaya Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dari sektor kelistrikan, kata para ahli dan orang dalam industri, seraya menunjuk harga listrik yang rendah secara artifisial sebagai masalah utama.
Negara ini berpotensi memboroskan miliaran dolar setiap tahunnya dengan mengabaikan efisiensi energi di tengah peralihan negara ke sumber energi terbarukan, menurut Steve Piro, pendiri CEO Synergy Efficiency Solutions (SES), sebuah perusahaan jasa energi (ESCO) yang berkantor pusat di Jakarta.
“Dua puluh dua persen energi yang digunakan di negara ini bisa dihemat melalui efisiensi energi, artinya sebanyak itulah energi yang terbuang di negara ini,” kata Piro. The Jakarta Post pada tanggal 16 Juli.
“Itu berarti ratusan miliar dolar terbuang sia-sia.”
Indonesia menyumbang setengah dari potensi penghematan energi di kawasan ini, Piro menambahkan, yang berarti Indonesia dapat menjadi salah satu pasar efisiensi energi terbesar di dunia.
Baca juga: PLN sebut butuh $25 miliar bangun jaringan energi terbarukan
Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara sekaligus produsen dan konsumen energi terbesar, negara ini diperkirakan memiliki potensi penghematan energi tahunan sebesar US$60 miliar dari efisiensi energi, menurut Piro, yang mencatat bahwa lebih dari 200 proyek lokal yang telah diselesaikan SES hanyalah sebagian kecil dari pasar tersebut.