Sektor pariwisata Indonesia mengalami pemulihan yang kuat

Sektor pariwisata Indonesia tengah mengalami pemulihan yang pesat, yang dipelopori oleh meningkatnya kunjungan ke Bali dan Jakarta. Hal ini berdasarkan analisis dari Hotelivate, yang juga memperingatkan bahwa Indonesia harus berbuat lebih banyak untuk melindungi ekosistemnya yang rapuh dari pariwisata yang berlebihan.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target investasi ambisius sebesar $3 miliar di sektor pariwisata, didukung oleh sepuluh Kawasan Ekonomi Khusus yang didedikasikan untuk pariwisata dan ekonomi kreatif. Stabilitas politik, pertumbuhan PDB yang konsisten, dan kelas menengah yang berkembang menumbuhkan kepercayaan diri di pasar Indonesia.

Meskipun kedatangan wisatawan mancanegara belum mencapai tingkat sebelum 2019, negara tersebut telah mengalami pertumbuhan baik dalam tingkat hunian maupun tarif harian rata-rata (ADR), yang menggarisbawahi potensi pariwisata domestik.

Berbeda dengan pasar Asia Tenggara lainnya, pertumbuhan di Indonesia tidak terbatas pada kota-kota besar. Bali dan Jakarta memimpin dengan pertumbuhan ADR tahunan masing-masing sebesar 14% dan 11%, tetapi pasar lain seperti Jawa tidak jauh tertinggal. Khususnya, ADR hotel mewah di Bali telah melonjak dari US$300 menjadi $400 sebelum pandemi menjadi hampir US$2.000 saat ini.

Sektor pariwisata Indonesia mengalami pemulihan yang kuat

Warga Australia merupakan kelompok wisatawan internasional terbesar yang datang ke Indonesia. Sementara itu, India dan Cina menjadi pasar sumber yang semakin penting, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap sektor pariwisatanya. Peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan di kalangan wisatawan Cina dan India mendorong tren ini.

Selain wisatawan mancanegara, wisatawan domestik juga menjadi pendorong lainnya. Jumlah kelas menengah Indonesia diproyeksikan meningkat tiga kali lipat, dari 45 juta pada tahun 2021 menjadi 135 juta pada tahun 2030. Kelompok demografi ini diperkirakan akan melakukan 5,6 perjalanan per tahun, 40% lebih sering daripada wisatawan lainnya, dengan sebagian besar bepergian untuk bersantai.

Menurut Hotelivate, investasi lebih lanjut dalam infrastruktur, termasuk konektivitas yang lebih baik ke wilayah di luar Jakarta dan Bali, akan menghasilkan peluang pertumbuhan di masa depan.

Sektor pariwisata Indonesia mengalami pemulihan yang kuat

Melindungi warisan dan lingkungan Indonesia

Perluasan pasar pariwisata Indonesia juga disertai dengan tantangan tersendiri. Hotelivate menyoroti dua faktor:

Degradasi lingkungan
Meningkatnya pariwisata memberikan tekanan besar pada ekosistem Indonesia yang rapuh, sehingga sangat rentan terhadap kerusakan. Secara global, kelangkaan sumber daya menjadi perhatian yang semakin meningkat, terutama di tempat-tempat wisata utama di Asia Tenggara.

“Meskipun banyak pengembang perhotelan mengadopsi praktik berkelanjutan, ada kebutuhan mendesak untuk memperluas upaya ini seiring dengan terus berkembangnya pariwisata. Properti masa depan harus berfokus pada pengembangan regeneratif dan pengelolaan sumber daya adaptif, dengan penekanan pada penggunaan bahan daur ulang dan biogenik,” kata Hotelivate.

Pelestarian warisan lokal
Pesatnya pembangunan hotel dan fasilitas wisata baru menyebabkan destinasi wisata tradisional di kawasan ini kehilangan identitas unik dan warisan budayanya. “Melestarikan warisan ini, yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, sangat penting,” kata Hotelivate dalam laporannya.

Sumber