Surplus perdagangan Indonesia pada bulan Juni adalah yang terkecil dalam 4 bulan terakhir karena ekspor meningkat kurang dari yang diharapkan

JAKARTA – Surplus perdagangan Indonesia menyempit pada bulan Juni ke level terendah dalam empat bulan karena ekspor meningkat kurang dari yang diharapkan di tengah pertumbuhan impor yang kuat, data dari kantor statistik menunjukkan pada 15 Juli, setelah dua penambang tembaga besar menghentikan pengiriman.

Surplus pada bulan Juni adalah US$2,39 miliar (S$3,21 miliar), lebih rendah dari perkiraan median ekonom sebesar US$2,98 miliar dalam survei Reuters, dan surplus revisi bulan Mei sebesar US$2,92 miliar.

Nilai pengiriman dari Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, secara bertahap menurun dari puncaknya selama lonjakan komoditas global pada tahun 2022, di tengah melemahnya harga.

Beberapa ekonom mengatakan data Juni tetap sejalan dengan ekspektasi pasar terhadap tren surplus perdagangan barang yang lebih sempit pada tahun 2024, yang akan memperlebar defisit transaksi berjalan dan dapat menekan nilai tukar rupiah.

“Kami mengantisipasi defisit transaksi berjalan yang semakin melebar, sejalan dengan surplus perdagangan yang menurun, terutama karena melemahnya permintaan global terhadap produk ekspor,” kata ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang melalui aplikasi pesan WhatsApp.

Ekspor bulan Juni naik 1,17 persen secara tahunan menjadi US$20,84 miliar, lebih rendah dari perkiraan 5,46 persen dalam jajak pendapat Reuters.

Namun, penurunan 16 persen pada pengiriman produk pertambangan pada bulan Juni telah melemahkan pertumbuhan ekspor secara keseluruhan, termasuk penurunan pengiriman batu bara, baja, dan tembaga.

Perusahaan pertambangan tembaga Freeport Indonesia, unit dari raksasa pertambangan AS Freeport-McMoRan, dan Amman Mineral Internasional, tidak dapat mengirimkan konsentrat tembaga ke pembeli luar negeri pada bulan Juni karena pemerintah Indonesia masih berupaya memperpanjang izin ekspor mereka.

Jakarta seharusnya menghentikan semua ekspor konsentrat tembaga pada akhir bulan Mei, tetapi pihak berwenang telah menjanjikan dispensasi sampai akhir tahun untuk Freeport dan Amman, yang pabrik peleburannya belum mencapai kapasitas penuh.

Izin baru Freeport dikeluarkan pada bulan Juli, tetapi izin Amman masih diproses.

Impor bulan Juni bernilai US$18,45 miliar, naik 7,58 persen secara tahunan, dibandingkan dengan perkiraan jajak pendapat sebesar 6,55 persen.

Peningkatan impor bahan bakar, serta bahan mentah dan barang konsumsi, mendorong pertumbuhan keseluruhan.

Perusahaan energi negara, PT.Pertamina, meningkatkan tender pembelian bahan bakar pada bulan Juni setelah kebakaran di salah satu unit produksinya di kilang Balikpapan. Perusahaan tersebut telah berupaya mendapatkan pengiriman produk seperti bahan bakar jet dan minyak gas pada bulan Juni. REUTERS

Sumber