Ukuran teks
Pengadilan tinggi Indonesia pada hari Jumat menolak permohonan banding suku asli dalam gugatannya terhadap sebuah perusahaan kelapa sawit, sehingga perusahaan tersebut berisiko kehilangan sebagian besar hutan leluhurnya, kata kelompok hak asasi manusia.
Suku Awyu, yang sekitar 20.000 anggotanya bergantung pada tanah untuk penghidupan mereka, berupaya membekukan operasi PT Indo Asiana Lestari (PT IAL) di provinsi Papua Barat, Indonesia bagian timur.
Namun Mahkamah Agung Indonesia menolak banding terakhir mereka, menurut sebuah dokumen yang diterbitkan di situs webnya pada hari Jumat, yang menegaskan konsesi pemerintah perusahaan tersebut seluas 36.000 hektar (89.000 acre), lebih dari setengah luas ibu kota Indonesia, Jakarta.
“Saya merasa patah hati karena saya tidak punya jalan hukum lain untuk melindungi tanah dan masyarakat tanah air leluhur saya,” kata penggugat suku Awyu, Hendrikus Woro.
“Saya hancur karena selama perjuangan ini, tidak ada dukungan dari pemerintah, baik daerah maupun pusat. Kepada siapa saya harus berpaling, dan ke mana saya harus pergi sekarang?” katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan Koalisi Penyelamatan Hutan Adat Papua yang beranggotakan 10 LSM lingkungan hidup.
Juru bicara Mahkamah Agung menolak berkomentar ketika dihubungi AFP mengenai putusan tersebut.
Kasus suku Awyu menarik perhatian di Indonesia awal tahun ini setelah kampanye bertajuk 'Semua Mata Tertuju Papua' tersebar di media sosial.
“Baik pemerintah maupun sistem hukum telah gagal berpihak pada masyarakat adat,” kata Sekar Banjaran Aji dari tim advokasi Selamatkan Hutan Adat Papua.
“Perjuangan untuk melindungi hutan adat Papua menjadi semakin menantang.”
Pada bulan November, pengadilan di Papua telah memutuskan bahwa izin PT IAL adalah sah, dan menolak argumen suku Awyu bahwa konsesi tersebut diberikan berdasarkan analisis dampak lingkungan yang cacat.
LSM suku dan lingkungan hidup juga mengklaim penentang rencana perusahaan kelapa sawit tersebut telah menghadapi intimidasi.
PT IAL tidak menanggapi permintaan komentar AFP.
Minyak kelapa sawit adalah industri bernilai miliaran dolar di Indonesia, yang merupakan produsen dan eksportir komoditas terbesar di dunia yang digunakan dalam segala hal mulai dari produk coklat hingga kosmetik.
Indonesia memproduksi sekitar 60 persen minyak sawit dunia, dan sepertiganya dikonsumsi oleh pasar dalam negeri.
Papua kehilangan 2,5 persen tutupan pohon antara tahun 2001 dan 2023, menurut Global Forest Watch.
mrc-jfx/rsc