Temu sepertinya tidak akan menyerah untuk masuk ke Indonesia meski terus mendapat penolakan dari pihak berwenang

Daya tarik Temu terletak pada harga barang-barangnya yang sangat rendah, sehingga membuat beberapa orang harus menunggu hampir sebulan untuk pengiriman, menurut pelanggan Temu.

Laporan dari surat kabar The Guardian pada bulan November 2023 menemukan bahwa barang-barang seperti kaus kaki, sedotan minuman yang dapat digunakan kembali, dan peralatan dapur tersedia di aplikasi dengan harga murah. Misalnya saja, sebuah sendok dapur berukuran besar yang dijual seharga £14 (S$24) di Inggris, kini dijual dengan harga kurang dari 10 persen, yaitu £1,25.

Apa yang membedakan Temu dari Taobao, layanan belanja online populer lainnya dari Tiongkok, adalah bahwa sebagian besar vendor Temu adalah toko pabrik yang menawarkan harga lebih rendah untuk barang-barang yang diproduksi secara massal, sedangkan penjual Taobao seringkali merupakan bisnis independen.

Model bisnis Temu dari pabrik ke konsumen memungkinkannya melewati pengecer, dengan sebagian besar produknya bersumber dari pusat produksi utama Tiongkok, Guangzhou.

Di sinilah letak ancaman terhadap Indonesia, kata Jiayu Li, rekan senior di firma penasihat kebijakan Global Counsel yang berspesialisasi dalam pasar Tiongkok.

“Kesuksesan Temu dibangun dari penawaran produk yang murah dan tidak bermerek, dengan platform yang terus menekan penjual untuk melemahkan pesaing dan menurunkan harga,” katanya.

“Pendekatan ini sangat merugikan produsen kecil dan menengah dan khususnya dapat merugikan usaha kecil di Indonesia.”

Pada tahun 2023, Indonesia memperkenalkan pedoman e-commerce yang lebih ketat untuk memastikan keadilan dalam penetapan harga dan meningkatkan akuntabilitas platform online. Hal ini terjadi setelah Presiden Joko Widodo pada tahun 2021 mendesak konsumen untuk menghindari produk impor, di tengah kekhawatiran mengenai harga predator pada platform tersebut, termasuk yang menjual barang-barang Tiongkok.

Penetapan harga predator seperti itu, ditambah dengan penawaran pengiriman gratis dan diskon dari Temu, tidak sehat bagi Indonesia dalam jangka panjang, kata Muhammad Habib Abiyan Dzakwan dari lembaga think-tank Center for Strategic and International Studies (CSIS).

“Ada kemungkinan Indonesia akan sangat bergantung pada produk impor yang murah, sehingga mengurangi surplus perdagangan Indonesia sekaligus menurunkan daya saing UKM lokal,” tambahnya.

Ms Li percaya bahwa Temu tidak akan menyerah pada Indonesia, karena populasi negara ini yang besar, muda, dan sensitif terhadap harga merupakan pasar yang menarik.

“Di antara perusahaan-perusahaan Tiongkok yang berekspansi secara global, ada pepatah yang mengatakan bahwa seseorang tidak dapat merebut pasar Asia Tenggara tanpa memenangkan hati Indonesia,” katanya.

Li Jianggan, CEO MW, setuju bahwa Temu tidak akan menyerah begitu saja, mengingat besarnya potensi pasar Indonesia.

“Selain semua pengembangan dan investasi selama beberapa tahun terakhir yang dilakukan oleh berbagai pemain dan investor, infrastruktur e-commerce dan pendidikan ekosistem telah dibangun di pasar,” kata Li.

Pak Habib menambahkan, faktor geopolitik juga membuat Temu tidak akan menyerah terhadap Indonesia.

“Temu menghargai Indonesia bukan hanya karena besarnya pasar kami, namun juga karena semakin besarnya perjuangan mereka untuk beroperasi di negara-negara maju yang menerapkan pengawasan geopolitik yang ketat dan uji tuntas terhadap entitas yang berafiliasi dengan Tiongkok,” kata peneliti di departemen CSIS. hubungan Internasional.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here