Tertekan oleh Inflasi, Kelas Menengah Indonesia Meminta Dukungan pada Literasi Keuangan

Jakarta. Pajak, harga bahan bakar, dan inflasi menekan kelas menengah di Indonesia, melemahkan daya beli mereka dan mendorong banyak orang semakin dekat dengan kemiskinan. Namun, peningkatan literasi keuangan dapat menjadi penyelamat penting bagi kelas menengah yang sedang berjuang.

Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menyoroti tantangan yang dihadapi kelas menengah, termasuk kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya mendukung pertumbuhan mereka.

“Kelas menengah terhimpit oleh kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN), harga BBM, dan inflasi sehingga melemahkan daya beli mereka,” jelas Huda dalam diskusi bertajuk “Strategi Investasi Mengatasi Penurunan Kelas Menengah di Era yang Tidak Pasti” di Jakarta pada hari Senin.

Ia mencatat bahwa meskipun kelas menengah belum jatuh ke dalam kemiskinan, mereka kini berada dalam risiko. Huda menyarankan pemerintah harus menawarkan lebih banyak bantuan ekonomi dengan mempertahankan subsidi dan menunda kenaikan pajak lebih lanjut.

“Kelas menengah tidak mengalami kemajuan dan tidak tenggelam dalam kemiskinan; sebaliknya, mereka menjadi lebih rentan. Di masa pandemi Covid-19, bantuan sosial lebih banyak ditujukan kepada masyarakat miskin, sedangkan masyarakat kelas menengah kesulitan mempertahankan pendapatannya,” kata Huda.

Pertumbuhan pendapatan kelas menengah, yang hanya sekitar 1,5 persen, tertinggal dibandingkan kenaikan harga barang, sehingga memaksa banyak keluarga untuk menabung untuk mempertahankan gaya hidup mereka. Huda menyarankan pemerintah untuk menunda kenaikan PPN lebih lanjut dan mempertahankan subsidi agar kelas menengah memiliki waktu untuk pulih secara finansial.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan adanya penurunan tajam jumlah kelas menengah di Indonesia, dari 57,33 juta pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta pada tahun 2024, sedangkan “calon kelas menengah”, yaitu kelompok yang rentan terhadap kemiskinan, meningkat menjadi 137,5 juta orang.

Huda juga menekankan semakin pentingnya literasi keuangan dan kesadaran berinvestasi, karena banyak orang yang masih terjerumus pada janji-janji imbal hasil yang tinggi tanpa memahami risikonya. Ia mendorong masyarakat mencari ilmu investasi untuk menghadapi tantangan perekonomian.

“Meski minat berinvestasi meningkat, masih banyak yang tertarik pada skema yang menjanjikan keuntungan besar tanpa memahami risikonya. Sangat penting bagi masyarakat untuk memahami dasar-dasar investasi dan secara aktif mencari pengetahuan keuangan melalui platform yang tersedia,” katanya.

Sisi positifnya adalah literasi keuangan di Indonesia membaik. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) terkini yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BPS menunjukkan bahwa literasi keuangan telah tumbuh dari 38,03 persen pada tahun 2019 menjadi 65,43 persen pada tahun 2024, yang menandakan adanya harapan bagi kelas menengah dalam menghadapi tekanan ekonomi.

Benny Sufami, Co-Founder Tumbuh Makna, memandang perkembangan ini sebagai peluang bagi kelas menengah untuk menjadi lebih melek finansial. Dalam menghadapi kenaikan harga dan suku bunga, ia menekankan bahwa pengetahuan keuangan yang lebih baik memungkinkan masyarakat membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas dan menghindari jebakan berisiko seperti pinjaman ilegal atau pilihan impulsif.

“Peningkatan literasi keuangan ini memberikan harapan. Kelas menengah kini memiliki alat untuk mengelola keuangannya secara efektif, membuat anggaran, dan memilih investasi yang sesuai dengan profil risikonya,” jelas Benny.

Dia juga mendesak kehati-hatian dalam memilih sarana investasi. “Di masa yang penuh tantangan ini, kelas menengah harus lebih selektif. Investasi seperti obligasi ritel bisa menjadi pilihan yang aman dan menguntungkan, terutama di tengah fluktuasi inflasi. Dengan modal yang terjangkau, masyarakat bisa mulai berinvestasi dan melindungi keuangannya dari tekanan ekonomi,” tambahnya.

Benny optimistis rencana penurunan suku bunga pada tahun 2025 akan memberikan dukungan lebih lanjut bagi dunia usaha dan kelas menengah. “Suku bunga yang lebih rendah akan memberikan ruang bagi dunia usaha untuk tumbuh. Dengan meningkatnya literasi keuangan, saya yakin kelas menengah akan lebih siap dalam memanfaatkan peluang ekonomi baru,” ujarnya.

Tag: Kata Kunci:

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here