Vaisala Akan Memodernisasi 14 Bandara di Indonesia

Vaisala, pemimpin global dalam teknologi pengukuran, hari ini telah menandatangani kontrak dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk sistem dan peralatan cuaca bandara guna memodernisasi 14 bandara di Indonesia. Nilai kontrak tersebut sekitar EUR 25 juta, menjadikannya proyek cuaca penerbangan terbesar yang pernah ada bagi Vaisala. Pesanan akan dibukukan berdasarkan pesanan Vaisala yang diterima setelah perjanjian pembiayaan dikonfirmasi.

“Keselamatan penerbangan seharusnya bukan menjadi hak istimewa. Di mana pun Anda tinggal, Anda seharusnya dapat mempercayai bahwa perjalanan udara Anda dilindungi oleh sistem pengamatan cuaca otomatis modern. Hal ini khususnya berlaku di Indonesia, di mana iklim tropis membawa badai petir dan kejadian cuaca lainnya yang dapat sangat memengaruhi keselamatan penumpang dan personel darat,” kata Jarkko Sairanen, wakil presiden eksekutif, cuaca dan lingkungan, Vaisala.

Menurut informasi oleh Administrasi Perdagangan Internasional ASIndonesia merupakan pasar penerbangan dengan pertumbuhan tercepat kedua di dunia setelah Tiongkok berdasarkan pembelian pesawat dan nilai perdagangannya. Investasi pada infrastruktur bandara diperlukan untuk memenuhi pesatnya perkembangan industri penerbangan di Indonesia.

“Setelah bertahun-tahun bekerja sama, kontrak baru dengan BMKG ini merupakan langkah signifikan bagi pertumbuhan Vaisala di Indonesia. Pesanan tersebut mencakup teknologi cuaca penerbangan modern, termasuk Sistem Pengamatan Cuaca Otomatis (AWOS) AviMet kami ke delapan bandara, dan sistem peringatan geser angin, yang menggabungkan radar cuaca X-band dan lidar angin kami, ke empat bandara. Proyek ini juga mencakup Institut Meteorologi Finlandia Model SILAM yang dapat digunakan untuk memperkirakan pergerakan awan abu dari letusan gunung berapi. Mengingat Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik dengan sekitar 80 gunung berapi yang masih aktif, ini akan menjadi tambahan yang signifikan bagi keselamatan penerbangan Indonesia,” pungkas Sairanen.

Proyek ini akan didanai melalui Fasilitas Investasi Sektor Publik Finlandia (PIF), instrumen yang diatur oleh Kementerian Luar Negeri Finlandia dan berlaku untuk proyek-proyek yang mematuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa di negara-negara berkembang. Proyek ini diperkirakan berlangsung selama tiga tahun dan dimulai pada tahun 2025 setelah perjanjian pinjaman PIF selesai dan Kementerian Luar Negeri Finlandia telah memberikan persetujuan akhir untuk pendanaan tersebut.

Sumber