RI mendorong kawasan ekonomi khusus untuk bersaing dengan M'sia, S'pore

Bali (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto terus mendorong kawasan ekonomi khusus (KEK) di Indonesia untuk berkembang dan bersaing dengan kawasan ekonomi yang dikembangkan bersama Malaysia dan Singapura.

Ia merujuk pada beberapa KEK yang letaknya berdekatan dengan dua negara tetangga tersebut, antara lain KEK Nongsa di Batam dan KEK Galang Batang di Bintan, Kepulauan Riau. Kedua KEK tersebut terus diperluas dengan ekosistem industri berbasis kecerdasan buatan.

“Kita punya KEK digital di Nongsa dimana sekarang Nongsa Digital Pak penuh material dengan data center termasuk AI data center, salah satunya GDS (perusahaan IT asal Shanghai). Kemarin mereka putuskan ekspansi karena kita juga punya kompetitor yaitu Singapura-Johor Malaysia, mereka bekerja sama juga mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus Taman Digital,” ujarnya.

Malaysia dan Singapura saat ini sedang mengembangkan KEK lintas batas pertama di Asia Tenggara yang disebut Zona Ekonomi Khusus Johor-Singapura. Lokasinya dekat dengan KEK Batam Indonesia dan KEK Galang Batang.

Berbicara pada acara berbagi pengetahuan dan networking yang mengusung tema “Shaping The Future Economy: AI & Semiconductor”, di KEK Kura-Kura Bali, Minggu, Airlangga lebih lanjut mengatakan Pemerintah Indonesia saat ini terus membangun KEK di Batam dan Bintan untuk menarik investasi di sekitar kawasan, termasuk pengembang semikonduktor.

Salah satu industri semikonduktor sedang dikembangkan di Batam karena membutuhkan pasar dan bahan baku yang bebas mengalir. Industri berbasis silika juga akan dibangun di sana, tambahnya.

Selain KEK, beberapa KEK lain yang tengah dikembangkan menjadi katalisator industri semikonduktor adalah KEK Kendal di Jawa Tengah dan KEK Jawa Timur.

Ia juga berharap KEK Kura-Kura Bali Bali dapat menjadi katalis industri semikonduktor dengan adanya kerjasama pengembangan SDM antara Kampus United in Diversity (UID) Bali dan Tsinghua Southeast Asia Center.

“Untuk (industri semikonduktor) ini membutuhkan sumber daya manusia, sedangkan untuk produksi kerasnya membutuhkan air dan energi sehingga ekosistem yang saya sebutkan tadi cocok untuk pengujian perakitan dan pengemasan tetapi juga pengembangan sumber daya manusia,” jelas Airlangga.

Ia juga membantah rencana penerapan semikonduktor pada industri AI Indonesia tidak berpotensi mengurangi tenaga kerja.

“Setiap pengembangan AI atau semikonduktor yang dilakukan puluhan orang justru akan menambah lapangan pekerjaan, tentu saja lapangan pekerjaan yang berbeda-beda,” imbuhnya.

Berita terkait: Kawasan Ekonomi Khusus Jadi Pendorong Pertumbuhan Indonesia: Menteri
Berita terkait: Menteri optimistis daerah bisa mencontoh RS KEK Sanur

Penerjemah: Yashinta Difa
Redaktur: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2024

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here